Warga Sipil Kembali Jadi Korban Kekejaman OPM di Yahukimo

buletinjubi.com-Aksi kekerasan kembali mengguncang wilayah Papua Pegunungan. Seorang warga sipil bernama Hari Karuanto tewas setelah menjadi korban pembunuhan brutal yang diduga dilakukan oleh kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) atau simpatisannya di Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo, pada Jumat malam, 2 Mei 2025.

Peristiwa memilukan ini terjadi pada pukul 18.40 hingga 21.30 WIT, di Jalan Statistik, Distrik Dekai, sebuah kawasan yang dikenal relatif sepi dan jauh dari pusat keramaian kota. Lokasi yang sunyi itu diyakini sengaja dipilih sebagai tempat eksekusi oleh para pelaku untuk menghindari perhatian publik dan memudahkan pelarian.

Korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan oleh warga yang melintas tak lama setelah kejadian. Aparat keamanan yang menerima laporan segera menuju lokasi dan melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP). Berdasarkan penyelidikan awal, pelaku pembunuhan diduga kuat berasal dari kelompok simpatisan OPM yang tengah melakukan teror terhadap warga pendatang.

Kejadian ini bukanlah insiden tunggal. Dalam sepekan terakhir, tercatat sedikitnya dua kali upaya percobaan pembunuhan dan penganiayaan terhadap warga sipil di wilayah Yahukimo. Pada 29 April 2025 dan 2 Mei 2025, dua insiden penikaman terjadi, yang menimbulkan korban jiwa.

Metode yang digunakan para pelaku menunjukkan bahwa aksi ini telah direncanakan dengan cermat. Tempat kejadian perkara, merupakan daerah yang jarang dilalui warga saat malam hari dan tidak memiliki penerangan memadai. Kondisi ini dimanfaatkan oleh para pelaku untuk melancarkan aksi mereka tanpa terdeteksi.

Menurut saksi mata, beberapa saat sebelum kejadian terdengar suara gaduh dan teriakan dari arah semak-semak. Setelah itu, terlihat sosok pria berlari menjauh ke arah hutan. Warga yang mendekati lokasi kemudian menemukan tubuh korban yang sudah tidak bernyawa, dengan luka berat di bagian kepala dan dada.

Aparat keamanan yang datang ke lokasi segera melakukan sterilisasi dan memeriksa barang bukti yang tertinggal. Jenazah korban dibawa ke rumah sakit terdekat untuk proses identifikasi dan autopsi. Hasil sementara menunjukkan bahwa korban mengalami kekerasan fisik berat yang mengindikasikan pembunuhan dengan sengaja.

Menyikapi kejadian ini, aparat keamanan meningkatkan patroli di wilayah rawan, khususnya di Distrik Dekai dan sekitarnya. Pos-pos keamanan sementara juga didirikan di beberapa titik yang dianggap berpotensi menjadi sasaran aksi teror.

Tokoh masyarakat setempat, Pdt. Obaja Wetipo, mengajak seluruh pihak untuk tidak terprovokasi dan mempercayakan penanganan kasus ini kepada aparat keamanan. “Kami mengecam kekerasan terhadap warga sipil. Papua butuh kedamaian, bukan darah. Mari kita jaga persatuan dan tidak terjebak dalam konflik yang diinginkan oleh pihak tertentu,” ujarnya.

Pemerintah Kabupaten Yahukimo turut menyampaikan belasungkawa dan meminta agar aparat melakukan sistem keamanan di wilayah tersebut secara ketat. Bupati Yahukimo, Abner Wanimbo, mengatakan bahwa eskalasi kekerasan dalam beberapa waktu terakhir harus menjadi alarm bagi semua pihak.

“Kami tidak bisa membiarkan aksi seperti ini terus berulang. Warga berhak merasa aman di tempat tinggalnya. Pemerintah akan mendukung penuh upaya penegakan hukum dan meminta aparat melakukan tindakan tegas,” kata Bupati dalam pernyataannya di kantor pemda.

Pemkab juga berencana untuk membentuk satuan pengamanan masyarakat (Satpamkam) berbasis kampung sebagai langkah awal meningkatkan deteksi dini dan koordinasi dengan aparat keamanan.

Pengamat terorisme dan keamanan nasional, Dr. Ridlwan Habib, menilai bahwa aksi kekerasan terhadap warga sipil seperti ini merupakan bagian dari strategi klasik OPM yang sudah berlangsung lama. Ketika kekuatan bersenjata mereka melemah di medan pertempuran, teror terhadap masyarakat sipil menjadi cara untuk mempertahankan eksistensi mereka di mata publik.

“Serangan ke warga sipil biasanya dilakukan untuk menimbulkan ketakutan dan mengganggu stabilitas daerah. Ini juga cara mereka mengekspresikan perlawanan tanpa harus berhadapan langsung dengan TNI/Polri,” jelas Ridlwan.

Kematian Hari Karuanto menambah panjang daftar korban kekejaman kelompok separatis bersenjata di Papua. Insiden di Distrik Dekai ini memperlihatkan betapa krusialnya upaya penguatan keamanan dan sinergi masyarakat dalam menangkal aksi teror.

Negara tidak boleh kalah oleh kekerasan. Saatnya semua elemen bangsa bersatu melawan ketakutan dan memastikan bahwa tidak ada lagi warga yang menjadi korban sia-sia dari agenda kelompok separatis yang tidak berpihak pada rakyat.