buletinjubi.com-Uskup Keuskupan Timika, Papua Tengah, Mgr. Bernardus Bofitwos Baru OSA menyampaikan refleksinya saat memimpin misa di Gereja Paroki Kristus Terang Dunia Waena, Kota Jayapura, Papua, Minggu (1/6/2025).
Ia mengatakan, situasi di Tanah Papua seda tidak baik-baik saja karena ketamakan para oligarki. Tanah Papua diliputi ketidakadilan, kekerasan bersenjata, pelanggaran HAM, terjadi pengurusakan alam dan hutan masyarakat adat, akibat eksploitasi sumber daya alam.
“Itu karena kerakusan dan ketamakan para oligarki bangsa ini. Menghilangkan nilai-nilai budaya dan identitas sejarah bangsa Papua,” kata Mgr. Bernardus Bofitwos Baru OSA.
Oligarki adalah sistem pemerintahan atau kekuasaan yang dikendalikan oleh sekelompok kecil orang atau golongan tertentu. Oligarki berasal dari bahasa Yunani, “oligarkhes“, yang berarti sedikit yang memerintah.
Menurut Uskup Mgr. Bernardus Bofitwos Baru OSA dalam situasi Tanah Papua yang tidak baik-baik saja, masih ada orang-orang muda Papua dan non-Papua yang memperjuangkan kebenaran, keadilan, kemanusiaan, dan keutuhan ciptaan. Uskup Keuskupan Timika pun mengapresiasi mereka yang berani bersuara.
“Mereka [yang berani bersuara itu] hanya menuntut penegakan hak asasi dan martabat orang Papua yang dirampas dan diinjak – injak oleh para penguasa bangsa ini,” ucapnya.
Para pejuang kebenaran dan keadilan keutuhan ciptaan diajak mendoakan mereka yang memusuhinya dan membunuh keluarga, kerabat atau umat karena itulah sejatinya iman orang Kristen, memegang prinsip kasih.
“Mengasihi mereka yang berbuat kejahatan kepada kita. Itulah kualitas iman sebagai pengikut Kristus. Karena itu para pejuang muda berdoa dan berjuang demi kebenaran, keadilan, kebaikan, keutuhan ciptaan dan keutuhan persatuan gereja di Tanah Papua ini, maupun gereja secara universal. Yang berani menyatakan kebenaran, berani menunjukkan sikap bahwa kebenaran tetap kebenaran menjadi prinsip hidup kita sebagai pengikut Kristus sejati,” ujarnya.
Sementara itu, usai misa yang dipimpin Uskup Bernardus Bofitwos Baru OSA itu, kaum awam Katolik Papua menggelar aksi protes dan penolakan terhadap sikap Uskup Agung Merauke Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC yang dianggap mendukung Proyek Strategis Nasional atau PSN di Kabupaten Merauke, Papua Selatan.
Pemuda Katolik asal Merauke, Stenly Dambujai mengatakan ‘gembala umat’ diharapkan membela umat dan menjaga umatnya. Bersuara untuk umat yang tertindas dan terpinggirkan. Akan tetapi ada gembala justru mendukung PSN yang menggusur umat dari hutan adat mereka.
“Kami minta kepada Uskup Timika bersuara bagi kami, umat di Merauke. Hutan adat, tanah, kebun, semua diambil oleh ‘perampok’ yang bekerja sama dengan gereja. Kami tidak ada tempat untuk mengadu lagi, bapak Uskup Timika tolong kami,” kata Stenly Dambujai dalam orasinya.