Tragedi Longsor dan Banjir di Nduga: 15 Orang Hilang, APKAM Bertaruh Nyawa di Tengah Bencana

Daerah81 views

Buletinjubi.com – Hujan tanpa jeda yang mengguyur wilayah Nduga sejak dua hari terakhir berubah menjadi malapetaka. Sabtu malam (2/11), longsor besar disertai banjir bandang menerjang Distrik Dal, tepatnya di Kali Panpan, Kabupaten Nduga. Dalam hitungan detik, rumah-rumah hanyut, jalan tertutup lumpur, dan jerit minta tolong menggema di tengah gelap malam.

Dalam musibah tersebut 15 warga dinyatakan hilang. Di antara mereka, sebagian besar adalah pelajar generasi muda yang seharusnya menatap masa depan, kini justru hilang ditelan tanah dan air.

Mereka adalah:
1.⁠ ⁠Endius Gwijangge (17), Pelajar SMA PGRI kelas 2
2.⁠ ⁠Nendiu Gwijangge (17), Pelajar SMP Negeri Mbua
3.⁠ ⁠Yupin Pokneangge (17), Pelajar SMK Yapis kelas 1
4.⁠ ⁠Wutukwe Tabuni (17), Pelajar SMP Negeri Mbua
5.⁠ ⁠Yepetena Gwijangge (13), Pelajar SD kelas 6
6.⁠ ⁠Dilince Pokneangge (16), Pelajar SD kelas 6
7.⁠ ⁠Penggison Gwijangge (8), Pelajar SD kelas 4
8.⁠ ⁠Adince Pokneangge (17), Pelajar SMP kelas 3
9.⁠ ⁠Atumina Pokneangge (16), Pelajar SMP kelas 2
10.⁠ ⁠Libi Pokneangge (25), Anggota PTNI
11.⁠ ⁠Kalukwe (60), Ibu rumah tangga
12.⁠ ⁠Mesaran Wasiagge (17), Petani muda
13.⁠ ⁠Boniut Wasiangge (14), Pelajar SD kelas 3
14.⁠ ⁠Taus Tabuni (17), Pelajar SMP kelas 3
15.⁠ ⁠Anak dari Libi Pokneangge (6), Balita

Di tengah lumpur setinggi lutut, Aparat Keamanan (Apkam) dan warga bahu-membahu mencari korban. Mereka menggali dengan tangan kosong, berharap menemukan tanda-tanda kehidupan di antara puing-puing.

“Kami tak bisa berhenti. Setiap nama yang hilang adalah bagian dari keluarga kami,” ujar seorang anggota Apkam dengan suara bergetar di lokasi pencarian.

Sementara itu, air sungai masih berwarna cokelat pekat, membawa ranting, batu, dan serpihan rumah. Bau tanah basah bercampur tangis para ibu yang memanggil nama anak mereka.

Nduga berkabung. Di antara dinginnya kabut pegunungan, doa dan harapan menggantung di udara, agar ke-15 nama itu segera ditemukan, dan tragedi ini menjadi pengingat betapa rapuhnya hidup di tanah yang kini diam dalam duka.