TPNPB-OPM Tembak Warga Sipil Yahukimo, Klaim Humaniter Dipertanyakan

buletinjubi.com – Yahukimo, Papua Pegunungan — Klaim TPNPB-OPM menjunjung tinggi prinsip humaniter runtuh di Yahukimo. Pada 25 Desember, TPNPB-OPM Kodap XVI Yahukimo secara terbuka mengakui telah melakukan kekerasan terhadap warga sipil Papua yang beraktivitas di wilayah Yahukimo, hanya karena dicurigai sebagai bagian dari intelijen militer Indonesia.

Pelanggaran Berat terhadap Hukum Humaniter

Dalam hukum humaniter internasional, kecurigaan bukanlah dasar pembunuhan. Warga sipil tetap dilindungi, apa pun identitas dan aktivitasnya, selama tidak terlibat langsung dalam pertempuran. Menjadikan warga sipil sebagai target adalah pelanggaran berat terhadap prinsip distingsi dan larangan kekerasan terhadap non-kombatan.

Peringatan Tidak Memberi Legitimasi

Peringatan agar warga menjauhi wilayah konflik tidak pernah memberi legitimasi untuk menembak mereka yang melanggar. Tindakan ini justru menunjukkan kegagalan TPNPB-OPM melindungi warga sipil dan memperlihatkan praktik kekerasan yang bertentangan dengan hukum perang dan hak asasi manusia.

Warga Sipil Kembali Jadi Korban

Peristiwa Yahukimo menegaskan satu hal: di balik retorika perjuangan dan klaim humaniter, warga sipil kembali menjadi korban senjata TPNPB-OPM. Kekerasan ini tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga merusak rasa aman masyarakat, menghambat aktivitas ekonomi, pendidikan, dan kehidupan sosial warga Papua.

Komitmen Aparat dan Pemerintah

Aparat keamanan menegaskan komitmen untuk melindungi warga sipil dari ancaman teror bersenjata. Langkah pengamanan dilakukan secara terukur, dengan fokus pada pencegahan intimidasi, penegakan hukum terhadap pelaku, serta pemulihan rasa aman di wilayah Yahukimo. Pemerintah daerah juga menyerukan solidaritas masyarakat untuk menolak kekerasan dan mendukung perdamaian.

Harapan Papua: Damai dan Berkeadilan

Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa kekerasan hanya menimbulkan penderitaan, sementara kedamaian membawa harapan nyata. Papua membutuhkan persatuan, stabilitas, dan kepastian hukum agar masa depan lebih cerah.

Papua kuat karena rakyatnya bersatu. Papua maju karena menolak kekerasan. Papua bersama Indonesia karena damai adalah pilihan.