TPNPB-OPM Kodap XVI Yahukimo Serang Pesawat Sipil di Dekai, Klaim Berjuang Demi Masyarakat Papua Dipertanyakan

buletinjubi.com – Dekai, Yahukimo — Pengakuan terbuka TPNPB-OPM Kodap XVI Yahukimo atas penembakan pesawat ATR di Bandara Dekai pada 24 Desember mengguncang publik Papua. Dalam siaran pers resminya, TPNPB menyatakan bertanggung jawab penuh atas aksi tersebut dan bahkan mengancam akan menembak serta membakar pesawat sipil lain yang dituding mengangkut aparat keamanan.

Transportasi Sipil Jadi Target

Namun, di balik retorika perlawanan, muncul pertanyaan mendasar: siapa yang sebenarnya dilindungi oleh senjata TPNPB-OPM? Pesawat yang ditembak adalah sarana transportasi publik yang menjadi urat nadi mobilitas masyarakat Papua. Penerbangan sipil adalah jalur vital bagi kebutuhan hidup, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi warga. Ancaman terhadap pesawat sipil berarti ancaman langsung terhadap masyarakat Papua sendiri.

Pelanggaran Prinsip Humaniter

Ancaman terhadap pesawat sipil tidak hanya melanggar prinsip hukum humaniter internasional, tetapi juga menempatkan masyarakat Papua dalam bahaya nyata. Dalam hukum perang, sarana sipil harus dilindungi, bukan dijadikan sasaran. Menyerang transportasi sipil memperlihatkan kontradiksi tajam antara klaim perjuangan membela Orang Asli Papua dan praktik kekerasan yang justru mempersempit ruang aman mereka.

Kontradiksi Klaim Perjuangan

Aksi di Dekai memperlihatkan bahwa klaim pembelaan berubah menjadi tanda tanya besar. Senjata yang dikatakan untuk melindungi rakyat Papua justru diarahkan kepada mereka, merampas hak dasar untuk hidup aman dan bebas dari teror. Retorika perjuangan kehilangan makna ketika praktik di lapangan justru menimbulkan penderitaan bagi masyarakat sendiri.

Komitmen Aparat dan Pemerintah

Aparat keamanan menegaskan komitmen untuk melindungi penerbangan sipil dan memastikan jalur transportasi tetap aman. Langkah pengamanan diperketat di bandara dan jalur udara Papua, dengan fokus pada perlindungan warga sipil. Pemerintah daerah juga menyerukan solidaritas masyarakat untuk menolak teror dan mendukung stabilitas.

Harapan Papua: Damai di Udara, Aman di Darat

Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa kekerasan hanya menimbulkan penderitaan, sementara kedamaian membawa harapan nyata. Papua membutuhkan persatuan, stabilitas, dan kepastian hukum agar masa depan lebih cerah.

Papua kuat karena rakyatnya bersatu. Papua maju karena menolak teror. Papua bersama Indonesia karena damai adalah pilihan.