Tolak OPM, Ratusan Warga Papua Jadi Korban Kekejaman OPM

Hukrim, Opini28 views

buletinjubi.com-Gelombang penolakan terhadap keberadaan Organisasi Papua Merdeka (OPM) semakin meluas. Ratusan warga Papua yang menentang gerakan kelompok bersenjata tersebut justru menjadi korban kekejaman, baik melalui intimidasi, penganiayaan, hingga pembunuhan. Kondisi ini memperlihatkan wajah nyata OPM yang tidak lagi berpihak pada rakyat Papua, melainkan menjadikan mereka sebagai sasaran kekerasan.

Menurut laporan masyarakat di sejumlah wilayah pegunungan, kelompok OPM kerap menargetkan warga sipil yang menolak memberikan dukungan. Penolakan warga terhadap praktik pemerasan dan ajakan bergabung dengan kelompok OPM sering kali dibalas dengan tindakan keji. Rumah dibakar, fasilitas umum dirusak, bahkan nyawa warga menjadi taruhan.

Tokoh adat Papua, Pdt. Melkias Wanimbo, mengecam keras kekejaman tersebut. Ia menegaskan bahwa OPM sudah melenceng jauh dari klaim perjuangannya. “Kalau benar berjuang untuk rakyat, kenapa justru rakyat yang dibunuh? Kenapa rumah mereka dibakar? Itu bukan perjuangan, itu teror,” ujarnya lantang, Selasa (23/9/2025).

Kecaman juga datang dari tokoh pemuda Yahukimo, Yulius Heluka, yang menilai bahwa tindakan OPM hanya menambah penderitaan masyarakat Papua. Ia menyebut, ratusan warga di berbagai kabupaten terpaksa mengungsi karena takut menjadi korban berikutnya. “Kami sudah terlalu lama hidup dalam ketakutan. OPM harus sadar, rakyat tidak butuh konflik. Kami hanya butuh hidup damai dan sejahtera,” katanya.

Sementara itu, sejumlah pengamat lokal menilai tindakan brutal OPM merupakan bukti semakin terdesaknya kelompok tersebut. Ketidakmampuan mereka untuk mendapatkan dukungan dari rakyat membuat intimidasi menjadi cara utama mempertahankan eksistensi. Namun, justru dengan cara itu, simpati masyarakat semakin hilang.

Kepala Kampung di wilayah Pegunungan Bintang, Elias Murib, menuturkan bahwa masyarakat di kampungnya sepakat menolak segala bentuk ajakan OPM. “Kami sudah sepakat tidak mau ikut-ikut. Tapi justru karena itu kami jadi target. Beberapa warga sudah jadi korban. Kami hanya ingin aparat hadir melindungi rakyat kecil,” jelas Elias.