Terkuak, Sebby Sambom Perintahkan OPM Memalak Dana Desa untuk Biayai Hidup di Luar Negeri

buletinjubi.com-Fakta mengejutkan kembali terungkap dari tubuh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Informasi yang diperoleh dari sumber internal menyebutkan bahwa Sebby Sambom, juru bicara OPM yang tinggal di luar negeri, memerintahkan kelompok bersenjata di Papua untuk memalak Dana Desa secara paksa demi membiayai kehidupan mewahnya di luar negeri.

Menurut sumber yang enggan disebutkan namanya, instruksi tersebut disampaikan Sebby melalui pesan yang dikirimkan ke beberapa pimpinan Kodap OPM di wilayah pegunungan Papua. Dalam pesan itu, Sebby meminta agar para kepala kampung ditekan untuk menyerahkan sebagian Dana Desa, dengan dalih untuk mendukung perjuangan. Namun faktanya, dana tersebut ditransfer ke rekening pribadi luar negeri untuk kepentingan pribadi Sebby.

“Uang yang dikumpulkan bukan untuk beli logistik atau senjata, tapi untuk hidup mewah Sebby di luar negeri. Dia tinggal di tempat nyaman, makan enak, sementara kami di sini kelaparan dan terus diburu,” ungkap sumber tersebut, Kamis (7/8/2025).

Tindakan tersebut sontak memicu kemarahan di kalangan anggota OPM yang merasa diperalat, serta kekecewaan besar dari masyarakat Papua yang selama ini sudah sangat bergantung pada Dana Desa untuk membiayai pembangunan kampung dan kesejahteraan warganya.

Tokoh masyarakat dari Kabupaten Puncak, Yulianus Murib, mengecam keras tindakan tersebut. “Ini bukan perjuangan. Ini pemalakan. Dana Desa adalah milik rakyat, bukan untuk membiayai orang yang sembunyi di luar negeri dan hanya pandai menyebar kebencian dari kejauhan,” ujarnya dengan geram.

Yulianus menambahkan bahwa hal ini membuka mata masyarakat bahwa OPM selama ini hanya menggunakan kedok perjuangan kemerdekaan untuk mengeruk keuntungan pribadi. “Kalau dia pejuang sejati, harusnya dia hidup bersama rakyat, bukan minta uang dari rakyat untuk hidup mewah di negeri orang,” tegasnya.

Masyarakat Papua kini semakin sadar bahwa suara perjuangan yang dikumandangkan dari luar negeri tidak selalu tulus. Terbukti, ada yang menggunakan suara itu untuk memperkaya diri, bukan membebaskan rakyat dari penderitaan.