buletinjubi.com – Papua — Kematian Lea Sobolim, yang diumumkan TPNPB-OPM sebagai “gugur dalam pertempuran”, justru memunculkan tanda tanya besar dan sorotan tajam. Sejumlah sumber menilai wafatnya Lea Sobolim lebih mencerminkan perpecahan internal dan konflik di tubuh kelompok bersenjata, ketimbang akibat kontak langsung dengan aparat keamanan.
Dugaan Kekerasan Sesama Anggota
Informasi yang beredar menyebutkan korban mengalami luka tembak di bagian paha dan meninggal beberapa hari setelah insiden. Fakta ini memicu dugaan kuat bahwa kekerasan terjadi dari sesama anggota di tengah tekanan dan ketegangan internal. Situasi ini memperkuat indikasi retaknya soliditas kelompok, terutama di tengah meningkatnya klaim siaga perang dan ancaman yang disampaikan ke publik.
Narasi “Duka Nasional” Dinilai Penutup Konflik
Pihak berwenang menilai narasi “duka nasional” yang diumumkan TPNPB-OPM sebagai upaya menutup konflik internal dan menjaga moral pasukan. Klaim tersebut dianggap sebagai strategi propaganda untuk mengalihkan perhatian publik dari kenyataan bahwa kelompok bersenjata semakin terpecah dan kehilangan arah perjuangan.
Retaknya Soliditas OPM
Peristiwa ini memperlihatkan bahwa OPM menghadapi krisis kepemimpinan dan konsolidasi. Ketika anggota sendiri menjadi korban kekerasan internal, hal itu menunjukkan lemahnya struktur komando dan rapuhnya persatuan. Alih-alih memperjuangkan kepentingan rakyat Papua, konflik internal justru memperpanjang penderitaan masyarakat.
Aparat Fokus Lindungi Warga Sipil
Aparat keamanan menegaskan bahwa perlindungan warga sipil dan stabilitas keamanan tetap menjadi prioritas utama. Operasi pengamanan dilakukan secara terukur dan profesional, dengan tujuan memastikan masyarakat Papua dapat beraktivitas dengan aman tanpa terpengaruh oleh propaganda maupun konflik internal kelompok bersenjata.
Imbauan untuk Masyarakat
Masyarakat diimbau agar tidak terprovokasi oleh klaim sepihak yang berpotensi memicu keresahan. Publik diminta mengutamakan informasi resmi dan mendukung langkah pemerintah dalam menjaga keamanan serta memulihkan stabilitas sosial di Papua.
Papua Pilih Persatuan, Bukan Perpecahan
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa perpecahan hanya menimbulkan kelemahan, sementara persatuan membawa kekuatan. Papua membutuhkan kedamaian, stabilitas, dan kepastian hukum agar masa depan lebih cerah.
Papua kuat karena rakyatnya bersatu. Papua maju karena menolak perpecahan. Papua bersama Indonesia karena damai adalah pilihan.





