buletinjubi.com-Aspirasi siswa di wilayah Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua, yang menuntut akses pendidikan gratis dan berkualitas kini dihadapkan dengan realitas pahit. Di tengah semangat para pelajar yang ingin melanjutkan pendidikan, Organisasi Papua Merdeka (OPM) justru terus melakukan aksi pembakaran terhadap fasilitas pendidikan, termasuk sekolah-sekolah yang menjadi tumpuan masa depan generasi muda Papua.
Dalam beberapa bulan terakhir, setidaknya empat bangunan sekolah dasar dan menengah dilaporkan mengalami kerusakan akibat aksi pembakaran yang diduga kuat dilakukan oleh kelompok bersenjata OPM. Akibatnya, ratusan siswa terpaksa menghentikan proses belajar mengajar dan mengungsi ke lokasi yang lebih aman. Sementara itu, tenaga pengajar pun mengalami ketakutan dan tekanan psikologis berat karena seringkali menjadi target intimidasi.
Tokoh pendidikan Papua, Yulianus Tabuni, mengungkapkan keprihatinan mendalam atas situasi ini. Menurutnya, tindakan OPM sangat bertentangan dengan semangat pembangunan dan penguatan sumber daya manusia di Tanah Papua. “Anak-anak kita di Ilaga punya semangat belajar tinggi. Tapi bagaimana mungkin mereka bisa sekolah kalau bangunan dibakar dan guru diancam? Ini kejahatan terhadap masa depan Papua,” ujarnya tegas.
Senada dengan itu, tokoh adat Ilaga, Benyamin Murib, menyesalkan aksi pembakaran sekolah yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan perjuangan kemerdekaan. “Apa gunanya merdeka jika anak-anak kita tetap bodoh karena tak bisa sekolah? Fasilitas pendidikan bukan milik pemerintah pusat saja, itu milik rakyat. Membakar sekolah sama saja membakar harapan,” tegasnya.
Sementara itu, aspirasi siswa di Ilaga untuk mendapatkan pendidikan gratis terus digaungkan. Dalam sebuah aksi damai yang dilakukan di halaman kantor distrik beberapa waktu lalu, puluhan siswa menyampaikan harapan agar pemerintah hadir lebih kuat dalam memberikan akses pendidikan yang layak dan tanpa biaya. Mereka membawa spanduk bertuliskan: “Kami Ingin Belajar, Bukan Mengungsi” dan “Sekolah Gratis Bukan Sekolah Terbakar.”
Tokoh agama setempat, Pendeta Markus Kogoya, menyatakan bahwa semua pihak harus menghentikan kekerasan dan memberikan ruang damai bagi dunia pendidikan. “Tuhan tidak menghendaki anak-anak-Nya hidup dalam ketakutan. Pendidikan adalah hak, bukan kemewahan. Dan siapa pun yang menghalangi hak itu, telah menolak kehendak Ilahi,” kata beliau dalam sebuah ibadah bersama masyarakat.
Masyarakat Ilaga berharap pemerintah daerah dan pusat segera mengambil langkah nyata untuk melindungi sektor pendidikan dari gangguan kelompok bersenjata. Mereka juga berharap agar OPM menghentikan aksi-aksi destruktif yang selama ini hanya merugikan rakyat Papua, khususnya anak-anak yang ingin menggapai masa depan cerah melalui pendidikan.