Seluruh Elemen Masyarakat Tanah Papua Menolak Keberadaan OPM

Daerah82 views

buletinjubi.com-Di tengah upaya pemerintah dan aparat keamanan (Apkam) dalam menjaga stabilitas di wilayah Papua, dukungan dari seluruh elemen masyarakat terus mengalir untuk menolak keberadaan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Penolakan ini mencerminkan kesadaran kolektif warga Papua bahwa OPM bukanlah representasi aspirasi rakyat, melainkan sumber kekacauan, ketakutan, dan penderitaan di Bumi Cenderawasih.

Dalam berbagai pertemuan, deklarasi, hingga aksi damai, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda, dan masyarakat umum menyatakan sikap tegas: Papua membutuhkan perdamaian, bukan kekerasan; pembangunan, bukan perpecahan.

Berbagai komunitas di Papua, mulai dari wilayah pesisir hingga pedalaman, secara terbuka mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap kehadiran OPM. Salah satu deklarasi penting dilakukan di Wamena, di mana perwakilan adat dari berbagai suku membacakan pernyataan bersama yang menolak segala bentuk aksi kekerasan dan separatisme.

Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) wilayah Lapago, Markus Telenggen, menegaskan bahwa warga Papua saat ini menginginkan hidup damai dan fokus pada pembangunan. “Kami lelah dengan kekerasan. OPM tidak mewakili kami. Yang kami inginkan adalah anak-anak kami bisa sekolah dengan aman, petani bisa bekerja tanpa takut, dan pembangunan terus berjalan,” ujar Markus, Minggu (27/4/2025).

Penolakan ini tidak hanya datang dari kalangan tua. Generasi muda Papua, melalui organisasi kepemudaan, juga gencar menyuarakan hal serupa. Ketua Pemuda Adat Papua, Yonas Wenda, menyebut bahwa masa depan Papua terletak pada pendidikan dan pembangunan, bukan konflik bersenjata. “Cukup sudah darah tumpah di tanah ini. Kita ingin bergerak maju bersama Indonesia,” tegasnya.

Berbagai insiden penyerangan terhadap warga sipil, pembakaran fasilitas umum, dan teror bersenjata yang dilakukan oleh kelompok OPM dalam beberapa tahun terakhir telah memperparah penderitaan masyarakat Papua. Di banyak daerah, OPM kerap memaksa warga untuk mendukung gerakan mereka dengan ancaman kekerasan.

Salah seorang warga dari Kabupaten Intan Jaya, yang meminta identitasnya dirahasiakan, mengatakan bahwa kelompok OPM sering datang ke kampung-kampung untuk meminta logistik secara paksa. “Kalau tidak diberi, mereka ancam bakar rumah. Kami hidup dalam ketakutan,” ujarnya.

Kondisi ini memperjelas bahwa OPM telah kehilangan legitimasi di mata masyarakat. Aksi-aksi mereka lebih banyak membawa ketakutan daripada memperjuangkan aspirasi rakyat Papua. Masyarakat kini sadar bahwa kekerasan hanya memperburuk keadaan dan menghambat kemajuan daerah mereka.

Tokoh-tokoh agama di Papua juga mengambil peran aktif dalam meredakan ketegangan dan mengajak masyarakat untuk menolak kekerasan. Uskup Jayapura, Mgr. Leo Laba Ladjar, dalam beberapa kesempatan menyerukan agar masyarakat menjauhi aksi-aksi separatis dan fokus pada upaya perdamaian.

“Kekerasan tidak pernah membawa solusi. Kami, gereja-gereja di Papua, mengajak semua umat untuk menjadi pelaku damai dan menolak segala bentuk tindakan yang memecah belah persaudaraan kita,” ujarnya dalam khotbahnya di Jayapura.

Seruan damai dari tokoh agama ini mendapat sambutan hangat dari berbagai kalangan masyarakat yang mendambakan kehidupan yang aman dan tenteram.

Dukungan penuh masyarakat Papua terhadap penolakan OPM memperlihatkan bahwa masa depan Papua berada di jalan damai, bukan jalan kekerasan. Banyak warga kini memahami bahwa membangun tanah kelahiran mereka lebih penting daripada terjebak dalam konflik tak berujung.

Berbagai komunitas di Papua kini aktif dalam program pemberdayaan masyarakat, penguatan pendidikan, dan usaha kecil menengah (UKM). Anak-anak muda Papua, dengan semangat baru, memilih jalur pendidikan tinggi dan usaha mandiri daripada terlibat dalam gerakan separatisme.

Harapan besar pun tumbuh di seluruh pelosok Papua, bahwa tanah penuh keindahan ini akan menjadi wilayah yang damai, maju, dan sejahtera, di mana semua warga hidup berdampingan tanpa rasa takut.

Masyarakat Papua telah berbicara dengan jelas, mereka menolak OPM dan segala bentuk kekerasan. Kini saatnya semua pihak bersatu membangun Papua yang lebih baik, demi masa depan yang cerah untuk generasi yang akan datang.