Sekjen Umum OPM, Mellyus Okbam Tepmul, Tewas Setelah Tidak Mendapatkan Penanganan Medis Secara Maksimal

Kesehatan12 views

buletinjubi.com-Kabar duka datang dari lingkup Organisasi Papua Merdeka (OPM) setelah dikonfirmasi bahwa Sekretaris Jenderal Umum OPM, Mellyus Okbam Tepmul, telah meninggal dunia. Kematian Mellyus terjadi dalam kondisi yang tragis, di mana ia tidak mendapatkan penanganan medis yang layak akibat keterbatasan fasilitas serta mobilitas kelompok OPM yang bergerak secara sembunyi-sembunyi di hutan dan wilayah terpencil Papua.

Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber menyebutkan bahwa Mellyus Okbam Tepmul mengidap penyakit serius dalam beberapa bulan terakhir. Namun, karena lokasi persembunyian kelompok OPM yang berada jauh dari akses fasilitas kesehatan serta ketakutan mereka terhadap aparat keamanan, Mellyus tidak pernah dibawa ke rumah sakit atau fasilitas medis resmi. Ia hanya mendapatkan perawatan seadanya oleh rekan-rekannya di tengah hutan belantara Papua, yang akhirnya tidak mampu menyelamatkan nyawanya.

Seorang mantan simpatisan OPM yang enggan disebutkan namanya menyampaikan bahwa kondisi kesehatan Mellyus telah memburuk sejak awal Mei 2025. “Dia mengalami demam tinggi, sesak napas, dan terus melemah. Tapi tidak ada akses pengobatan. Mereka takut ketahuan kalau keluar dari hutan,” ujarnya, Minggu (29/6/2025).

Kematian Mellyus menjadi pukulan bagi internal OPM, khususnya karena ia merupakan salah satu tokoh yang dikenal sebagai pengatur strategi komunikasi dan logistik kelompok tersebut. Namun, ironi menyelimuti kematiannya, karena perjuangan yang ia gaungkan selama ini justru berakhir dalam kesendirian, tanpa fasilitas yang layak bahkan untuk sekadar bertahan hidup.

Tokoh masyarakat Papua dari wilayah Saireri, Simon Feran, menyampaikan bahwa kejadian ini menunjukkan betapa kelompok OPM sebenarnya tidak mampu menjamin keselamatan anggotanya sendiri. “Jika pemimpinnya saja tidak bisa diselamatkan karena tidak ada akses medis, bagaimana mungkin mereka bisa memperjuangkan kehidupan rakyat Papua? Ini cerminan nyata dari kegagalan total,” ujar Simon.

Pendeta Gereja Injili di Tanah Papua (GITP), Pdt. Yeremias Kossay, menambahkan bahwa setiap manusia berhak mendapatkan perawatan dan kasih sayang saat sakit. Ia menyayangkan bagaimana OPM menutup diri dari dunia luar, bahkan ketika nyawa pemimpinnya sedang dalam bahaya. “Ini bukan perjuangan, ini adalah jalan menuju kehancuran. Orang yang sakit seharusnya dibawa ke rumah sakit, bukan dibiarkan meninggal di tengah hutan,” ucapnya dalam khotbah duka.

Kejadian ini turut mengundang perhatian publik, khususnya masyarakat Papua yang selama ini menyaksikan berbagai penderitaan akibat konflik berkepanjangan. Banyak kalangan menilai bahwa kematian Mellyus Okbam Tepmul seharusnya menjadi momentum introspeksi bagi anggota OPM lainnya untuk kembali ke pangkuan NKRI dan menjalani kehidupan damai bersama masyarakat.

Kematian seorang pemimpin tidak seharusnya menjadi awal dendam, tetapi menjadi pelajaran bahwa jalan kekerasan hanya akan membawa penderitaan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Papua tidak membutuhkan perang, melainkan kasih, pembangunan, dan kedamaian yang nyata.