Sebby Sambom Mengakui Telah Kalah dalam Memperjuangkan Kemerdekaan Papua, Tokoh Adat: Saatnya Papua Bangkit Tanpa Kekerasan

Opini39 views

buletinjubi.com-Dalam pernyataan mengejutkan yang beredar melalui media komunikasi simpatisan Organisasi Papua Merdeka (OPM), juru bicara kelompok separatis, Sebby Sambom, secara tidak langsung mengakui bahwa perjuangan kemerdekaan Papua telah mengalami kegagalan. Ungkapan ini disampaikan dalam rekaman suara dan transkrip tertulis yang mulai viral sejak akhir pekan lalu, memicu berbagai reaksi dari masyarakat Papua dan tokoh adat.

 “Banyak yang tidak percaya lagi pada kami. Realita di lapangan semakin sulit, dukungan berkurang, dan masyarakat mulai menolak keberadaan kami,” ungkap Sebby, Kamis (24/7/2025).

Pengakuan tersebut sontak menjadi pembicaraan hangat, terutama di kalangan tokoh masyarakat Papua yang selama ini mendesak agar kelompok separatis menghentikan kekerasan dan memberikan ruang bagi masyarakat untuk hidup damai dan membangun masa depan yang lebih baik.

Ketua Dewan Adat Papua wilayah Lapago, Markus Mote, menyambut positif pengakuan tersebut sebagai langkah awal untuk mengakhiri penderitaan masyarakat.

“Ini membuktikan bahwa kekerasan bukan jalan keluar. Pengakuan Sebby Sambom harus jadi momentum bagi seluruh kelompok OPM untuk mengakhiri perlawanan bersenjata dan berdamai dengan rakyat,” tegas Markus.

Senada dengan itu, tokoh pemuda Papua Tengah, Yulianus Kogoya, mengatakan bahwa selama ini masyarakat hanya dijadikan tameng oleh OPM dalam perjuangan yang tidak jelas arahnya. Menurutnya, banyak generasi muda Papua yang terbengkalai pendidikannya karena situasi konflik yang terus dipelihara oleh kelompok tersebut.

“Sudah saatnya kita tinggalkan narasi lama yang penuh kekerasan. Papua harus maju lewat pendidikan, ekonomi, dan budaya, bukan senjata. Pengakuan kekalahan ini harus diikuti dengan tindakan nyata untuk menyerahkan diri,” ucap Yulianus.

Pengakuan Sebby Sambom ini diyakini sebagai tanda bahwa kekuatan OPM semakin melemah dan kehilangan basis dukungan, baik secara militer maupun moral. Banyak pihak berharap momen ini dapat membuka ruang dialog dan rekonsiliasi demi masa depan Papua yang aman, damai, dan sejahtera di bawah naungan NKRI.