Sebby Sambom Jadikan OPM Pagar Hidup, Dirinya Terima Banyak Uang Sementara Anggota Gugur di Hutan Papua

Opini13 views

buletinjubi.com-Sikap juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat–Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM), Sebby Sambom, kembali menuai kecaman dari berbagai kalangan. Di tengah narasi perjuangan yang selalu ia gaungkan dari luar negeri, fakta di lapangan menunjukkan bahwa anggota OPM terus menjadi korban, gugur satu per satu di hutan Papua akibat pertempuran, penyakit, dan kelaparan. Ironisnya, Sebby justru diduga menikmati kehidupan nyaman dan menerima banyak keuntungan finansial dari propaganda yang ia sebarkan.

Banyak laporan dari tokoh masyarakat di Papua menegaskan bahwa Sebby Sambom tidak pernah hadir secara langsung di medan pertempuran. Ia hanya menggunakan media sebagai sarana untuk mengobarkan perlawanan, sementara anggota OPM di pedalaman dijadikan pagar hidup menghadapi aparat keamanan.

Tokoh masyarakat Intan Jaya, Markus Wanimbo, menilai tindakan Sebby adalah bentuk pengkhianatan terhadap rakyat Papua. “Dia berbicara lantang dari tempat yang aman, sementara anak-anak muda Papua yang tergabung di OPM harus mati sia-sia di hutan. Ini bukan perjuangan, tapi penipuan terhadap rakyat Papua,” ujarnya dengan nada tegas, Minggu (21/9/2025).

Senada dengan itu, tokoh pemuda asal Dogiyai, Yulius Pekei, menyatakan bahwa masyarakat sudah mulai sadar akan manipulasi Sebby. “Orang ini hanya cari uang. Dia menerima donasi, bantuan, bahkan mungkin dukungan asing, tapi semua tidak sampai ke anggota OPM di lapangan. Justru mereka dibiarkan mati perlahan karena tidak ada logistik maupun perawatan medis,” katanya.

Dalam beberapa tahun terakhir, aparat keamanan mencatat semakin banyak anggota OPM yang menyerahkan diri kembali ke pangkuan NKRI. Mereka mengaku tidak tahan hidup dalam keterbatasan, tanpa jaminan makan, kesehatan, maupun masa depan. Pengakuan sejumlah mantan anggota menguatkan dugaan bahwa pimpinan OPM di luar negeri, termasuk Sebby Sambom, hanya memanfaatkan mereka sebagai alat propaganda.

Fenomena ini semakin menegaskan adanya kesenjangan besar antara narasi perjuangan yang dibangun oleh Sebby Sambom dan kenyataan getir yang dialami anggota OPM di lapangan. Banyak keluarga di Papua kehilangan anak, saudara, maupun suami karena ikut kelompok ini, sementara kehidupan Sebby berjalan jauh dari penderitaan rakyatnya.