buletinjubi.com-Di tengah sunyi pegunungan Papua yang berkabut, sebuah kisah kemanusiaan diam-diam tumbuh.
Bukan tentang senjata atau strategi perang, melainkan tentang tangan-tangan yang menyodorkan nasi bungkus, biskuit, dan senyum tulus yang menghapus jarak antara seragam loreng dan kain tenun mama-mama Papua.
Itulah yang dilakukan Satgas Pamtas RI-PNG Mobile Yonif 500/Sikatan dalam program bertajuk SIRIH – Sikatan Beri Kasih, sebuah nama sederhana yang menyimpan makna mendalam.
Pada suatu pagi di wilayah Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, sebanyak 16 personel TNI yang dipimpin Kapten Inf Redo Rahardiansyah Effendy turun langsung ke tengah masyarakat.
Mereka tidak membawa laras panjang, melainkan membawa berkotak-kotak makanan bergizi dan biskuit untuk dibagikan kepada warga yang melintas di sekitar Titik Kuat (TK) J2 Kout.
Anak-anak kecil dengan kaki telanjang berlarian mendekat. Mama-mama dengan senyum hangat menerima makanan itu seperti menyambut kerabat yang lama tak pulang.
Tak ada protokol. Tak ada jarak. Hanya sapaan hangat dan mata yang saling menatap dengan rasa hormat yang jujur.
“Kami hadir bukan hanya sebagai penjaga kedaulatan, tapi juga sebagai saudara,” ujar Kapten Redo di sela-sela kegiatan, Selasa (24/6/2025).
Ucapannya bukan basa-basi. Terbukti, para prajuritnya tak ragu bersimpuh bersama anak-anak, mengelus kepala mereka, bahkan ikut tertawa di tengah canda polos mereka.
Tak ada yang lebih menyejukkan selain melihat seorang prajurit TNI duduk bersila di tanah, berbagi biskuit dengan anak kecil yang memeluknya erat. Keintiman yang tercipta seolah menjadi potret kecil dari impian besar: Indonesia yang benar-benar satu.