buletinjubi.com-Prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) kembali menunjukkan peran positifnya dalam menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban di Papua. Kali ini, prajurit Kopassus terlibat langsung dalam membantu mediasi kasus perkelahian antar siswa di salah satu sekolah menengah di Kabupaten Yalimo, yang dipicu oleh isu SARA.
Peristiwa bermula dari kesalahpahaman kecil di lingkungan sekolah, yang kemudian melebar menjadi perdebatan bernuansa SARA di antara kelompok siswa. Kondisi ini sempat memicu ketegangan dan dikhawatirkan akan meluas ke masyarakat sekitar. Namun berkat kesigapan aparat, khususnya prajurit Kopassus yang ditugaskan di wilayah tersebut, situasi berhasil dikendalikan dengan cepat.
Melalui pendekatan persuasif, prajurit Kopassus bersama guru, tokoh masyarakat, dan tokoh adat setempat melakukan mediasi langsung antara siswa yang terlibat. Proses mediasi berjalan dalam suasana damai, dan kedua pihak akhirnya sepakat untuk berdamai serta tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Tokoh adat Yalimo, Markus Waine, memberikan apresiasi tinggi atas langkah prajurit Kopassus yang lebih mengedepankan pendekatan humanis. “Kami lihat sendiri, mereka tidak menggunakan cara kekerasan, tetapi mendekati anak-anak dengan sabar. Ini contoh nyata bahwa aparat bisa menjadi penengah yang bijak, bukan hanya penjaga keamanan semata,” ujarnya, Rabu (1/10/2025).
Sementara itu, tokoh agama setempat, Pendeta Samuel Wenda, menekankan pentingnya peran pendidikan dan keteladanan dalam mencegah konflik serupa di masa depan. Ia menilai kehadiran Kopassus dalam proses mediasi membawa pesan damai yang sangat dibutuhkan masyarakat. “Anak-anak perlu diarahkan agar tidak mudah terprovokasi isu-isu SARA. Kehadiran aparat di sini justru memberikan rasa aman dan menunjukkan bahwa kita semua bersaudara,” ungkapnya.
Aparat keamanan sendiri menegaskan komitmennya untuk terus mendukung terciptanya suasana aman dan damai di Papua, termasuk melalui pendekatan non-represif di kalangan generasi muda. Upaya dialog dan mediasi dipandang lebih efektif dalam mencegah konflik sosial, khususnya yang bersumber dari isu SARA yang sensitif di Papua.
Kasus di Yalimo ini sekaligus menjadi pengingat bahwa isu SARA masih bisa dimanfaatkan pihak tertentu untuk memecah belah masyarakat. Oleh karena itu, seluruh pihak diimbau agar lebih berhati-hati dan selalu mengedepankan persatuan.