Polisi OAP Diharapkan Bisa Berbahasa Daerah Agar Bangun Komunikasi dan Memimalisir Konflik di Papua

TNI Polri13 views

buletinjubi.com-Konflik seharusnya dapat dikelola polisi Orang Asli Papua (OAP) yang bertugas di wilayah rawan konflik, supaya bisa membangun komunikasi antara masyarakat dan negara.

Demikian disampaikan Ketua Ikatan Alumni STISIPOL Silas Papare Jayapura Frits B Ramandey saat peluncuran buku berjudul ‘Polisi OAP Sebuah Jembatan Baru Merebut Kepercayaan Orang Papua dan Memitigasi Konflik’ di gedung Kampus STISIPOL, Kota Jayapura, Papua, Rabu (21/5/2025).

“Konflik harus bisa dikelola di dalam masyarakat, karena itu kita harap polisi Papua yang direkrut itu bisa mengelola konflik kalau mendengar Prof Sokoy konflik dibutuhkan di dalam masyarakat dan kita butuh agen,” kata Frits.

Ikatan Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIPOL) Silas Papare Jayapura meluncurkan buku berjudul ‘Polisi OAP Sebuah Jembatan Baru Merebut Kepercayaan Orang Papua dan Memitigasi Konflik’.

Tim penulis buku yakni Frits B Ramandey, Melchior Weruin, dan Muhammad Herdikay. Editor Stenly Adi Pasetyo, sementara Penerbit dari Lamalera, Yogyakarta.

Buku sebanyak 134 halaman dibagi menjadi tiga bagian yakni bagian pertama pendapat pimpinan Polri yang pernah atau bertugas di Papua.

Bagian kedua, suara kalangan masyarakat sipil, dan bagian ketiga, suara tokoh agama. Kata sambutan dalam buku ini pun, ditulis langsung oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jendral Listyo Sigit Prabowo.

Frits Ramandey mengatakan peluncuran buku ini lantaran di Papua pembukaan formasi besar-besaran untuk anak asli Papua menjadi anggota polisi.

Frits berpendapat, Papua bukan daerah konflik tetapi rawan konflik karena itu membutuhkan agen-agen untuk bekerja di sana. Polisi OAP dinilai dapat memiliki peran ganda untuk menjadi agen komunikasi di wilayah-wilayah rawan konflik tersebut.

Kedepan, polisi OAP yang berdinas di kampung-kampung tidak perlu memakai senjata karena merupakan orang asli di wilayah setempat serta mereka mampu berbahasa lokal (bahasa ibu).

“Jadi dia tidak perlu lagi tampil dengan uniform [seragam] atau memegang senjata kita harap bagaimana caranya dia datang sebagai OAP memberikan pendidikan tentang meminimalisir potensi konflik,” kata Frits yang juga menjabat sebagai Ketua Komnas HAM Perwakilan Papua.