Perjuangan OPM Dianggap Kejam dan Keji, Tokoh Papua Sebut Tidak Memandang Suku, Ras, dan Agama

Hukrim63 views

buletinjubi.com-Aksi-aksi kekerasan yang terus dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) semakin membuka mata masyarakat Papua terhadap watak asli dari perjuangan kelompok tersebut. Alih-alih membawa harapan kemerdekaan dan keadilan, OPM justru menunjukkan wajah kekejaman tanpa pandang bulu terhadap siapa pun yang berada di wilayah konflik, tanpa mempertimbangkan latar belakang suku, ras, maupun agama.

Tokoh adat Papua, Silas Kogoya, menyebut bahwa masyarakat kini sudah semakin sadar bahwa perjuangan OPM tidak lagi mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan kedamaian. “Apa yang mereka lakukan adalah bentuk perjuangan yang membabi buta. Mereka tidak melihat lagi siapa yang mereka sakiti, yang penting tujuan mereka tercapai, meski dengan cara paling kejam sekalipun,” ujar Silas, Rabu (16/7/2025).

Ia juga menambahkan bahwa OPM telah menciptakan ketakutan massal di berbagai kampung. Anak-anak tidak bisa bersekolah, masyarakat tidak bisa bekerja dengan tenang, dan warga kehilangan akses pelayanan kesehatan karena fasilitas-fasilitas tersebut dibakar atau dikuasai kelompok bersenjata.

Senada dengan itu, tokoh agama di wilayah pegunungan tengah, Pdt. Markus Pigai, menyampaikan keprihatinannya terhadap sikap tidak berperikemanusiaan dari OPM. Ia menyoroti tindakan OPM yang tidak segan menyerang gereja atau tempat ibadah hanya karena perbedaan pendapat.

“Mereka telah kehilangan arah. Perjuangan yang seharusnya membawa pembebasan dan damai, kini berubah menjadi ladang kekerasan dan penindasan terhadap rakyatnya sendiri,” kata Markus.

Bahkan, dalam beberapa kasus, OPM memaksa masyarakat untuk mendukung aksi mereka, termasuk dengan ancaman senjata. Hal ini menunjukkan bahwa perjuangan mereka sudah tidak lagi berdasarkan kehendak rakyat, melainkan paksaan dan teror.

Tokoh pemuda Papua, Yoseph Mirin, mengatakan bahwa generasi muda Papua saat ini mulai menyadari bahwa OPM hanya membawa kerusakan, bukan solusi. “Kami ingin damai, kami ingin sekolah, bekerja, membangun tanah kami, bukan dipaksa untuk ikut dalam perjuangan yang penuh kekejaman seperti ini,” tegas Yoseph.

Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat, berbagai kampung mulai secara terbuka menyatakan penolakan terhadap keberadaan OPM di wilayah mereka. Mereka menyerukan pentingnya perdamaian dan mendukung pendekatan pembangunan oleh pemerintah untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.