Perjuangan Furdan Kinder, Putra Papua yang Hidupkan Mimpi Anak-anak Pedalaman

Daerah21 views

buletinjubi.com-Furdan Kinder adalah putra daerah asli Distrik Tomu, Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat yang mendedikasikan dirinya untuk menghidupkan mimpi anak-anak pedalaman Papua. Furdan adalah seorang guru kelas 6 SD Inpres Tomu, sebuah wilayah pedalaman yang jaraknya ratusan kilometer dari Kota Manokwari, ibu kota Provinsi Papua Barat.

Di tempat tinggalnya, Furdan juga membuka kelas Sudut Literasi Rimbun Sagu yang berfokus pada anak didik yang belum mengenal huruf dan membaca untuk menaikkan tingkat literasi di pedalaman Papua tersebut.

“Distrik Tomu merupakan bagian dari Kabupaten Teluk Bintuni. Kalau dari Tomu ke Kabupaten Teluk Bintuni menggunakan long boat memakan waktu 5-6 jam,” kata Furdan, Selasa (9/9/2025).

Perjalanan melewati laut yang sepanjang pesisirnya di penuhi pohon mangrove, sebab belum ada jalan darat yang menghubungkan wilayah di satu kabupaten tersebut.

Masyarakat Distrik Tomu mayoritas bekerja sebagai petani pangkur sagu dan nelayan. Mereka hidup bersama dan gotong-royong di daerah yang memiliki kekayaan budaya, tarian tradisional, daerah, cerita rakyat yang sering diceritakan turun temurun.

Sebagai masyarakat yang hidup di wilayah pedalaman, Furdan merasakan sendiri bagaimana kurangnya akses pendidikan yang kemudian menyebabkan rendahnya literasi anak-anak di wilayahnya.

Furdan berjuang, ia menimba ilmu ke luar daerah di Universitas Muhammadiyah Sorong untuk kembali ke daerahnya. Berbagai rintangan ia lalui, termasuk tentang aksesibilitas yang tak seiring dengan semangat anak-anak menimba ilmu.

“Waktu itu anak-anak ada kegiatan kursus bahasa Inggris yang jaraknya tiga kilometer dari tempat kami tinggal. Kalau ke tempat itu harus menggunakan perahu atau motor darat,” terang Furdan.

Jumlah anak yang mengikuti kursus adalah 30 siswa, yang tidak memungkinkan untuk naik perahu atau jalan kaki, sehingga diputuskan untuk menggunakan long boat milik pribadi.

Diurai Furdan, para anak didiknya antusias mengikuti les bahasa Inggris, bahkan setiap Jumat sore, mereka selalu bersemangat pergi ke rumah Furdan agar bisa berangkat bersama-sama.

“Sebelum berangkat selalu izin dulu ke orang tua karena pulangnya pasti maghrib karena perjalanan,” tutur Furdan.

Setiap Jumat sore Furdan dan murid-muridnya selalu naik long boat dan memutari sungai dengan jarak yang jauh, serta rute yang terbilang ekstrem sebab saat pasang, apabila perahu goyang, mereka rawan terbalik.

Ia memimpikan sekolah-sekolah di Distrik Tomu bisa semakin lengkap dengan guru-guru yang berdedikasi serta fasilitas yang memadai dengan suasana belajar yang menyenangkan.

“Harapan terbesar anak-anak Tomu tumbuh menjadi generasi yang cerdas, beriman dan berkarakter sehingga mereka mampu membangun kampung halamannya juga,” tutupnya.