buletinjubi.com-Petrus Cabui, seorang penutur bahasa Riandana, menekankan pentingnya pelestarian bahasa ibu sebagai bagian dari identitas budaya. Sebagaimana yang ia sampaikan dalam Dialog RRI Merauke pada Rabu, (1/10/2025).
“Budaya adalah jati diri saya, dan saya lahir dari budaya,” tegas pemuda asli Papua yang akrab disapa Pice Cabui. Atas dasar itulah, ia merasa wajib untuk melestarikan budaya tersebut.
Ia memberikan contoh penerapan bahasa ibu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa ibu dinilainya lebih etis dalam situasi tertentu.
“Ketika kita berbicara menggunakan bahasa ibu di rumah, misalnya ada tamu, barang yang tidak ada, kita harus menggunakan bahasa ibu,” jelasnya. Menurutnya, menggunakan bahasa Indonesia dalam konteks itu justru kurang tepat.
Untuk menjaga kelestarian bahasa, Pice menganjurkan agar bahasa ibu digunakan secara konsisten setiap hari. Kebiasaan ini akan menjadi media pembelajaran alami bagi lingkungan sekitar.
Anak-anak dan saudara-saudara yang lahir dan besar di kota menjadi sasaran utama dari upaya pelestarian ini. Mereka diharapkan dapat menyerap bahasa ibu secara perlahan, dari satu kata hingga menjadi kalimat yang utuh.
Dengan demikian, generasi yang terputus dari akar bahasanya dapat kembali terbiasa berkomunikasi menggunakan bahasa ibu. Upaya ini diyakini akan memperkuat keberlangsungan bahasa daerah di Tanah Papua.