Pelukan Ibu Pertiwi: 1 Desember Jadi Momentum Persatuan Nasional Papua

Buletinjubi.com – Paniai, Papua Tengah — Di tengah derasnya isu yang berusaha memecah bangsa, suara masyarakat Papua justru semakin kokoh. Mereka menyuarakan harapan akan masa depan yang aman, sejahtera, dan terbebas dari kekerasan. Dari pelajar hingga pemuda, dari tokoh adat hingga warga biasa, dari kampung sampai kota, semua menyampaikan pesan yang sama: Papua ingin maju bersama, bukan berjalan sendiri dalam perpecahan.

Seruan Damai dari Tanah Papua

“Kami ingin hidup tanpa rasa takut, kami ingin membangun, bukan berperang,” tutur seorang tokoh pemuda dari Paniai dengan mata berkaca-kaca. Ucapannya menggambarkan luka masa lalu sekaligus harapan besar akan perubahan yang lebih baik. Momentum 1 Desember yang selama ini kerap dikaitkan dengan ketegangan, kini diubah menjadi panggilan untuk menyembuhkan. Masyarakat Papua memilih jalan damai, menolak provokasi, dan mengajak seluruh elemen bangsa untuk melihat Papua sebagai mitra pembangunan, bukan medan konflik.

Papua Adalah Jantung Bangsa

Papua bukan lagi sekadar wilayah di ujung timur. Di mata Indonesia, Papua adalah jantung bangsa—tempat di mana semangat kebangsaan diuji dan diperkuat. Selama puluhan tahun, Papua telah menjadi bagian sah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan kini masyarakatnya ingin memastikan bahwa keberadaan mereka diakui bukan hanya secara administratif, tetapi juga secara emosional dan kultural.

Indonesia Kuat Karena Papua Ada

Papua bangkit, Indonesia mendukung. Di tengah tantangan, pelukan Ibu Pertiwi semakin erat. Persatuan bukan sekadar slogan, tetapi kenyataan yang dibangun dari bawah—dari suara rakyat, dari harapan anak-anak, dan dari tekad para pemuda yang ingin membangun masa depan tanpa bayang-bayang konflik.