Pelajar di Dogiyai Serentak Tolak Kehadiran OPM, Suara Generasi Muda Papua Menggema

Pendidikan23 views

buletinjubi.com-Gelombang penolakan terhadap keberadaan Organisasi Papua Merdeka (OPM) terus meluas, kali ini datang dari kalangan pelajar di Kabupaten Dogiyai. Dalam sebuah aksi damai yang berlangsung di halaman sebuah sekolah menengah di Distrik Kamu, ratusan pelajar secara serentak menyuarakan penolakan terhadap keberadaan OPM yang selama ini dianggap mengganggu ketenangan, pendidikan, dan masa depan generasi muda Papua.

Para pelajar membawa poster dan spanduk bertuliskan “Kami Mau Belajar, Bukan Berperang”, “Tolak Kekerasan di Tanah Papua”, hingga “OPM Bukan Masa Depan Kami”. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk kekecewaan dan keresahan atas tindakan kekerasan serta intimidasi yang kerap dilakukan OPM di sekitar wilayah Dogiyai.

Salah satu pelajar, Jefri Tekege, menyampaikan bahwa selama ini kehadiran OPM tidak membawa perubahan positif, justru menambah penderitaan masyarakat. “Kami tidak ingin menjadi korban konflik yang tidak kami mengerti. Kami ingin sekolah dengan aman, tanpa takut gangguan atau ancaman dari siapa pun, termasuk OPM,” tegas Jefri dalam orasinya, Senin (30/6/2025).

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Dogiyai, Maria Dogopia, mendukung penuh aspirasi para pelajar. Ia menuturkan bahwa pendidikan adalah jalan keluar dari keterbelakangan, dan harus dijauhkan dari pengaruh kelompok bersenjata. “Kami lelah hidup dalam bayang-bayang ketakutan. Kehadiran OPM selama ini lebih banyak membawa keresahan. Biarkan anak-anak ini tumbuh dan belajar dalam damai,” ujar Maria.

Dukungan terhadap gerakan pelajar ini juga datang dari tokoh adat setempat, Yohanis Goo, yang menegaskan bahwa anak-anak Papua tidak boleh dijadikan alat propaganda atau dilibatkan dalam konflik bersenjata. “Saya sebagai tokoh adat menyampaikan bahwa cukup sudah OPM merusak masa depan anak-anak kami. Jangan jadikan pelajar sebagai tameng, apalagi korban. Biarkan mereka menjadi generasi pembangun Papua,” ucap Yohanis dengan nada tegas.

Sementara itu, tokoh pemuda Kabupaten Dogiyai, Stevanus Mote, melihat aksi pelajar ini sebagai sinyal kuat bahwa masyarakat, terutama generasi muda, semakin sadar dan berani menolak kekerasan. “OPM sudah tidak lagi punya tempat di hati anak-anak muda Papua. Mereka tidak ingin Papua dijadikan ladang konflik. Mereka ingin membangun masa depan lewat pendidikan,” katanya.

Aksi damai ini berlangsung dengan tertib dan mendapat pengawalan dari aparat keamanan untuk menjaga situasi tetap kondusif. Para pelajar juga menyerahkan pernyataan sikap tertulis kepada pemerintah daerah dan perwakilan tokoh masyarakat yang hadir dalam acara tersebut.

Fenomena ini menjadi bukti nyata bahwa gelombang kesadaran dan perlawanan terhadap kekerasan yang dilakukan OPM kini tidak hanya datang dari orang dewasa, tetapi juga dari kalangan muda yang mulai bangkit memperjuangkan hak mereka untuk hidup damai dan memperoleh pendidikan yang layak.