Panglima OPM Kodap XVIII Peni Murib Lakukan Aksi Kekejaman: Honai Warga Dibakar di Puncak Ilaga

Hukrim100 views

buletinjubi.com-Aksi kekerasan kembali terjadi di wilayah Puncak Ilaga, Papua Tengah. Kali ini, Panglima Organisasi Papua Merdeka (OPM) Kodap XVIII, Peni Murib, diduga kuat menjadi dalang pembakaran sejumlah honai (rumah adat Papua) milik warga sipil di Distrik Ilaga. Tindakan ini memicu kemarahan dan kecaman dari berbagai pihak, terutama masyarakat adat yang menjadi korban langsung dari aksi brutal tersebut.

Berdasarkan keterangan dari warga setempat, kelompok bersenjata pimpinan Peni Murib datang pada dini hari dan langsung membakar beberapa honai yang berada di pinggiran kampung. Tak hanya rumah, lumbung makanan dan peralatan tani milik warga juga ikut dilalap api. Sejumlah warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman, meninggalkan harta benda yang telah mereka bangun bertahun-tahun lamanya.

Yosef Kalakmabin, tokoh adat di wilayah Ilaga, mengecam keras tindakan tersebut dan menyebut bahwa aksi Peni Murib merupakan bentuk penghianatan terhadap nilai-nilai budaya Papua.

“Honai bukan sekadar rumah. Itu lambang kehormatan, kebersamaan, dan identitas kami. Membakar honai berarti membakar harga diri masyarakat Papua. Ini bukan perjuangan, ini kejahatan terhadap kemanusiaan,” ujar Yosef dengan tegas, Rabu (23/7/2025).

Sementara itu, tokoh pemuda asal Puncak, Yulianus Telenggen, menyebut bahwa tindakan OPM di bawah komando Peni Murib telah keluar dari jalur perjuangan dan semakin menyasar rakyat sipil yang tidak bersalah.

“Selalu rakyat yang jadi korban. Mereka yang mengaku pejuang, tapi senjatanya diarahkan ke rakyat sendiri. Ini jelas bukan gerakan kemerdekaan, tapi gerakan pemaksaan dan teror,” kata Yulianus.

Aksi kekerasan yang dilakukan Peni Murib dan kelompoknya semakin memperlebar jurang antara OPM dan masyarakat Papua yang mendambakan perdamaian. Masyarakat di Ilaga kini berharap ada langkah konkret dari pemerintah dan aparat keamanan untuk memberikan perlindungan serta memastikan kelompok bersenjata tidak lagi mengganggu kehidupan mereka.