OPM Terus Hantui Rasa Takut Masyarakat Papua yang Mengungsi akibat Serangan Kejam

Hukrim32 views

buletinjubi.com-Situasi kemanusiaan di beberapa wilayah pegunungan Papua kembali menjadi sorotan setelah serangkaian serangan brutal yang dilakukan oleh kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) memaksa ribuan warga untuk mengungsi. Serangan yang membabi buta ini tidak hanya menyebabkan korban jiwa, tetapi juga meninggalkan trauma mendalam di kalangan masyarakat sipil, terutama anak-anak dan perempuan.

Warga dari sejumlah distrik, seperti Distrik Yal, Distrik Bibida, dan beberapa kampung di Intan Jaya dan Puncak, dilaporkan telah meninggalkan tempat tinggal mereka akibat intimidasi dan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok OPM. Mereka memilih mengungsi ke wilayah yang dinilai lebih aman, meskipun harus hidup dalam keterbatasan logistik dan fasilitas dasar.

Pendeta Silas Wanimbo, salah satu tokoh agama di Kabupaten Intan Jaya, menyampaikan keprihatinannya atas situasi yang terjadi. Menurutnya, tindakan kekerasan oleh OPM tidak hanya mencederai rasa kemanusiaan, tetapi juga menimbulkan ketakutan massal yang menghambat aktivitas masyarakat.

“Saya melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana masyarakat di kampung saya lari ke hutan hanya karena mendengar suara tembakan. Anak-anak trauma, tidak mau sekolah, bahkan tidur pun mereka tidak tenang. Ini bukan perjuangan, ini kekejaman,” ujarnya, Kamis ((10/7/2025).

Lebih lanjut, Pendeta Silas menegaskan bahwa seruan untuk kemerdekaan tidak seharusnya dibangun di atas penderitaan masyarakat sendiri. Ia berharap kelompok OPM menyadari bahwa kekerasan hanya memperlebar jurang kebencian dan penderitaan di antara sesama orang Papua.

Tokoh adat Distrik Yal, Bapak Melkias Tabuni, juga mengecam aksi OPM yang tidak memperhitungkan keselamatan rakyat kecil. Ia mengungkapkan bahwa dalam beberapa pekan terakhir, warga di wilayahnya tidak berani kembali ke ladang dan kebun mereka karena masih trauma dengan aksi penyerangan.

“Kami ingin hidup tenang, bukan jadi korban dalam konflik yang tidak kami mengerti. Kalau mereka bilang berjuang untuk rakyat Papua, mengapa justru rakyat sendiri yang mereka sakiti?” ungkap Melkias.

Para pengungsi yang kini tinggal di tempat penampungan darurat juga menghadapi keterbatasan makanan, air bersih, serta pelayanan kesehatan. Beberapa laporan menyebutkan bahwa balita dan lansia mulai mengalami gangguan kesehatan akibat kondisi lingkungan yang tidak memadai.

Kondisi ini mendorong sejumlah tokoh masyarakat dan gereja untuk menyerukan kepada pemerintah agar memperkuat perlindungan terhadap warga sipil dan mendorong penyelesaian konflik secara damai dan bermartabat. Mereka juga mengajak komunitas internasional agar tidak tertipu oleh propaganda OPM yang menutupi kekejaman mereka terhadap masyarakat sendiri.

Serangan kejam dan intimidasi OPM yang terus menghantui masyarakat Papua bukan hanya tragedi kemanusiaan, tetapi juga bukti nyata bahwa kelompok tersebut kehilangan arah perjuangan. Rakyat Papua semakin sadar, bahwa yang mereka butuhkan bukan peluru, tetapi keamanan, kedamaian, dan masa depan yang pasti.