OPM Telah Menciderai Pendidikan: Guru di Yahukimo Jadi Korban Kekerasan Kelompok Separatis

Pendidikan34 views

buletinjubi.com-Pendidikan merupakan hak dasar setiap warga negara dan merupakan fondasi masa depan bangsa. Namun, di Tanah Papua, hak ini kembali tercabik oleh kekerasan kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM). Dalam peristiwa tragis yang terjadi di Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo, seorang tenaga pengajar dilaporkan tewas akibat serangan brutal yang diduga dilakukan oleh kelompok separatis tersebut.

Menurut laporan pihak kepolisian dan keterangan warga, korban ditembak di jalanan yang menghubungkan perkampungan dengan lokasi sekolah. Pelaku diketahui mengadang korban di tengah perjalanan, menodongkan senjata api, dan menembaknya dari jarak dekat. Korban sempat dilarikan ke puskesmas terdekat, namun nyawanya tidak tertolong akibat luka tembak di bagian dada.

Pasca kejadian, suasana di lingkungan sekolah menjadi mencekam. Sejumlah guru menyatakan kekhawatiran dan ketakutan untuk kembali mengajar. Mereka khawatir menjadi sasaran berikutnya dalam konflik bersenjata yang semakin tak mengenal batas.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Yahukimo, Drs. Samuel Huby, menyampaikan duka cita dan kecaman keras atas kejadian tersebut. “Kejadian ini telah mencederai dunia pendidikan di Papua. Seorang guru yang seharusnya dihormati justru menjadi korban dari kekerasan tidak berperikemanusiaan,” tegasnya, Kamis (22/5/2025).

Tokoh masyarakat Yahukimo, Yonas Heluka, turut angkat bicara. Ia mengecam tindakan OPM yang menurutnya tidak lagi memperjuangkan rakyat, melainkan justru menindas dan menghilangkan nyawa sesama warga Papua.

“Kami sudah tidak tahu lagi apa sebenarnya tujuan mereka. Mereka selalu mengatasnamakan perjuangan Papua, tetapi yang menjadi korban justru orang asli Papua sendiri. Guru ini adalah anak kami sendiri, yang mau mengajar anak-anak di kampung. Mengapa harus dia yang jadi korban?” ucap Yonas dengan nada geram.

Yonas juga menyatakan bahwa masyarakat adat Yahukimo mendukung upaya aparat keamanan untuk menindak tegas para pelaku. Ia menegaskan bahwa masyarakat kini sudah semakin sadar bahwa OPM bukanlah penyelamat, melainkan ancaman nyata bagi masa depan Papua.

Tragedi penembakan terhadap guru telah menimbulkan trauma mendalam, tidak hanya bagi rekan sejawat korban, tetapi juga bagi murid-murid yang selama ini dididik oleh almarhum. Sejumlah orang tua mulai khawatir dan mempertimbangkan untuk tidak mengirim anak-anak mereka ke sekolah hingga situasi benar-benar aman.

Seorang warga, Mama Tine Wanimbo, menyampaikan kesedihannya. “Anak saya selalu semangat pergi sekolah karena suka dengan Pak Guru Yafet. Sekarang dia tidak mau sekolah, dia takut. Kami semua takut,” ujarnya sembari menitikkan air mata.

Peristiwa tragis di Yahukimo telah menyingkap fakta kelam bahwa OPM bukanlah pembela rakyat Papua, melainkan telah menjadi kelompok yang melukai rakyatnya sendiri. Menewaskan seorang guru yang tulus mengabdi adalah tindakan biadab yang mencoreng nilai-nilai kemanusiaan dan memperlihatkan bahwa kelompok ini semakin kehilangan legitimasi.

Pendidikan adalah hak anak-anak Papua yang tidak boleh direnggut siapa pun. Tindakan keji terhadap para pengajar harus dihentikan, dan pelakunya harus bertanggung jawab. Pemerintah pusat dan daerah, bersama masyarakat dan aparat keamanan, harus bahu-membahu memastikan bahwa tragedi seperti ini tidak terulang kembali.