OPM Takut Melawan Apkam, Jadikan Masyarakat Sebagai Tameng

Daerah, Hukrim18 views

buletinjubi.com-Kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali menunjukkan sikap pengecut dan tidak bertanggung jawab dalam menghadapi aparat keamanan (Apkam). Alih-alih berhadapan langsung secara terbuka, kelompok tersebut justru kerap menjadikan masyarakat sipil sebagai tameng hidup ketika terjadi kontak tembak dengan pasukan TNI dan Polri di sejumlah wilayah Papua.

Fenomena ini kembali terlihat dalam beberapa insiden di daerah konflik seperti Intan Jaya, Puncak, dan Nduga, di mana OPM memanfaatkan posisi warga sipil untuk berlindung dari kejaran aparat. Tindakan tersebut mendapat kecaman keras dari berbagai tokoh masyarakat Papua yang menilai bahwa OPM telah kehilangan arah perjuangan dan hanya menyisakan penderitaan bagi rakyat.

Ketua Lembaga Adat Papua wilayah Mee Pago, Antonius Wonda, mengungkapkan bahwa perbuatan OPM yang melibatkan masyarakat sebagai tameng manusia adalah tindakan biadab dan sangat berbahaya. “Ini bukan perjuangan. Ini pengkhianatan terhadap rakyat Papua. Mereka bersembunyi di balik tubuh rakyat karena mereka takut menghadapi aparat. Kalau berani, silakan lawan sendiri, jangan libatkan masyarakat,” ujarnya dengan nada tegas, Sabtu (21/6/2025).

Pendeta Arnoldus Yikwa, tokoh agama dari Kabupaten Puncak Jaya, turut menyatakan keprihatinannya. Menurutnya, banyak warga yang kini merasa takut tinggal di kampung halaman karena potensi dijadikan perisai hidup oleh kelompok bersenjata. “Gereja mendapat banyak laporan soal masyarakat yang trauma. Mereka tidak mau kembali ke kampung karena takut dijadikan alat oleh OPM,” jelasnya.

Lebih jauh, tokoh pemuda Papua, Daniel Kogoya, menambahkan bahwa taktik semacam ini menunjukkan bahwa OPM telah kehilangan legitimasi moral di mata rakyat. “Mereka tidak lagi mewakili suara orang Papua. Mereka mewakili rasa takut mereka sendiri. Rakyat ingin hidup damai, bukan dijadikan korban konflik bersenjata yang tidak mereka mengerti,” tutur Daniel.

Menurut laporan dari aparat setempat, dalam beberapa peristiwa pengejaran terhadap kelompok bersenjata, ditemukan bahwa OPM sengaja membaur dengan warga sipil, bahkan memaksa warga untuk berjalan bersama mereka agar tidak ditembaki oleh pasukan keamanan. Tindakan ini tidak hanya melanggar hukum humaniter internasional, tetapi juga mencerminkan degradasi nilai kemanusiaan dalam gerakan separatis tersebut.

Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat Papua terhadap bahaya dan manipulasi yang dilakukan OPM, banyak warga mulai menjauh dari kelompok tersebut dan memilih mendukung stabilitas keamanan bersama pemerintah. Hal ini menjadi bukti bahwa OPM semakin kehilangan dukungan akar rumput dan bergerak ke arah kehancuran internal.