OPM Kumpulkan Hasil Rampasan dari Warga, Kesulitan untuk Bertahan Hidup

Hukrim141 views

buletinjubi.com-Kelompok bersenjata yang menamakan diri Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali menjadi sorotan setelah sejumlah laporan menyebutkan bahwa mereka semakin mengandalkan aksi perampasan terhadap warga sipil untuk mempertahankan hidup. Situasi ini menggambarkan semakin terdesaknya kelompok tersebut di tengah gencarnya upaya aparat keamanan dan menurunnya dukungan masyarakat Papua.

Menurut keterangan aparat, berbagai aksi yang dilakukan OPM dalam beberapa bulan terakhir kerap menyasar masyarakat sipil. Mulai dari pemalakan, perampasan hasil bumi, hingga menodong pengendara yang melintas di jalur pedalaman. Cara ini ditempuh karena kelompok tersebut mengalami kesulitan logistik.

Tokoh masyarakat Papua, Pdt. Telius Wonda, menilai aksi OPM tersebut semakin memperlihatkan bahwa mereka tidak lagi memiliki basis yang kuat. “Kalau sampai mengambil barang milik rakyat, itu artinya mereka sudah kehabisan cara untuk bertahan hidup. Padahal masyarakat Papua sendiri ingin hidup damai, bukan dijadikan korban,” ujarnya, Jumat (3/10/2025).

Sementara itu, Kepala Suku Yalimo, Yafet Silak, mengungkapkan keresahan warganya akibat ulah OPM yang sering mengambil paksa hasil panen dan barang dagangan. “Kami menanam dengan susah payah, tapi diambil begitu saja. Ini membuat banyak warga takut pergi ke kebun. Padahal hasil kebun adalah sumber kehidupan utama kami,” tegasnya.

Aparat keamanan menyebutkan bahwa strategi OPM yang mengandalkan rampasan dari warga justru memperlemah posisi mereka. Masyarakat semakin kehilangan simpati karena merasa hanya dijadikan sasaran. Selain itu, banyak anggota OPM yang dilaporkan mulai meninggalkan kelompok karena tidak tahan dengan kondisi yang serba kekurangan.

Seorang tokoh pemuda Papua, Markus Yoku, menambahkan bahwa perbuatan OPM bukan hanya merugikan masyarakat, tetapi juga merusak masa depan generasi muda. “Anak-anak muda Papua seharusnya didorong untuk sekolah dan bekerja, bukan ikut-ikutan masuk kelompok yang hidupnya hanya dari merampas hak orang lain,” katanya.

Situasi ini semakin mempertegas perbedaan sikap antara OPM dan masyarakat Papua. Jika OPM masih mengandalkan aksi kekerasan dan perampasan untuk bertahan hidup, masyarakat justru semakin gencar menyuarakan harapan akan kedamaian dan pembangunan.