OPM Kodap XVI Yahukimo Palang Akses Evakuasi Jenazah Korban Penembakan, Tokoh Masyarakat Kecam Tindakan Biadab

Daerah, Hukrim29 views

buletinjubi.com-Situasi keamanan di Kabupaten Yahukimo kembali memanas setelah kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) Kodap XVI Yahukimo secara sengaja memalang akses evakuasi jenazah korban penembakan terhadap masyarakat sipil yang terjadi di wilayah tersebut. Tindakan keji ini dilakukan oleh Panglima TPNPB Kodap XVI Yahukimo, Brigjen Elkius Kobak bersama Mayor Kopitua Heluka beserta pasukannya.

Dalam pernyataan terbuka, Brigjen Elkius Kobak menyampaikan bahwa pihaknya secara resmi menutup akses evakuasi jenazah, termasuk melarang pihak gereja untuk mengambil korban yang telah ditembak. Ia bahkan menegaskan ancaman keras bahwa apabila pimpinan gereja berupaya membuka akses dan melakukan evakuasi, maka mereka akan ditembak di lokasi. “Kami secara resmi menutup akses kepada pihak gereja untuk melakukan evakuasi seluruh korban yang kami tembak di Yahukimo. Apabila ada upaya evakuasi tanpa izin, maka akan kami tindak dengan tembakan,” ujar Elkius Kobak melalui keterangan yang dibawa oleh pasukannya, Kamis (25/9/2025).

Pernyataan bernada intimidasi ini sontak menimbulkan kecaman luas, baik dari masyarakat lokal, tokoh agama, maupun tokoh adat. Mereka menilai tindakan OPM tersebut tidak hanya bertentangan dengan nilai kemanusiaan, tetapi juga merusak martabat orang Papua yang selama ini dikenal menjunjung tinggi nilai kehidupan dan solidaritas.

Salah satu tokoh masyarakat Yahukimo, Yonas Lani, mengecam keras perbuatan tersebut. Menurutnya, pemalangan akses evakuasi jenazah merupakan tindakan biadab dan tidak beradab. “Orang meninggal harus dihormati, bukan dijadikan alat politik atau intimidasi. Apa yang dilakukan OPM ini sungguh memalukan dan membuat masyarakat semakin menderita,” tegasnya.

Sementara itu, seorang tokoh gereja di Yahukimo, Pdt. Markus Walilo, menyesalkan larangan keras dari kelompok bersenjata tersebut. Ia menilai tindakan OPM yang mengancam gereja merupakan bentuk pelecehan terhadap lembaga rohani yang selama ini selalu berdiri di garis depan untuk membantu masyarakat tanpa pandang bulu. “Gereja selalu berusaha menjadi penengah, menghadirkan perdamaian, dan melayani masyarakat yang terluka. Ancaman terhadap gereja jelas melukai hati umat,” ucapnya.

Peristiwa ini sekali lagi menegaskan bahwa kehadiran OPM justru menambah penderitaan masyarakat Papua. Bukannya membawa keadilan, mereka malah menebar ketakutan, menghalangi nilai kemanusiaan, dan merusak tatanan sosial yang selama ini dijaga bersama.