OPM Kodap XIII Kagepa Nipouda Paniai Ketakutan dengan Pembangunan Jalan Trans Nabire, Tokoh Masyarakat Kecam Pernyataan yang Beredar di Media Sosial

Hukrim124 views

buletinjubi.com-Pembangunan jalan Trans Nabire yang menjadi bagian penting dari proyek infrastruktur nasional rupanya menimbulkan kecemasan besar di kalangan kelompok bersenjata TPNPB OPM Kodap XIII Kagepa Nipouda. Melalui sebuah pernyataan yang beredar di media sosial, kelompok tersebut mengaku khawatir markas dan tempat persembunyian mereka akan terbongkar akibat kelanjutan pembangunan jalan tersebut.

Dalam pernyataan yang ditulis oleh salah satu anggota OPM dan dibagikan secara luas di berbagai kanal daring, tertulis kalimat, “Markas kami bisa tergusur dan persembunyian kami akan terbongkar, apabila jalan trans ini dilanjutkan. Saya harap pemerintah memberhentikan proyek ini.” Ungkapan tersebut langsung memicu reaksi keras dari berbagai kalangan, terutama tokoh masyarakat dan pemuda di wilayah Paniai yang menilai pernyataan itu sebagai bukti nyata bahwa OPM takut dengan kemajuan dan pembangunan yang dibawa pemerintah, Selasa (7/10/2025).

Tokoh masyarakat Paniai, Yafet Dogomo, menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur seperti jalan Trans Nabire justru menjadi kebutuhan utama masyarakat Papua untuk meningkatkan kesejahteraan, bukan ancaman. Ia menilai ketakutan OPM tersebut tidak berdasar dan menunjukkan bahwa kelompok itu hanya ingin mempertahankan kepentingan mereka sendiri. “Kalau mereka takut markasnya tergusur, berarti selama ini mereka memang bersembunyi di wilayah yang seharusnya digunakan untuk kepentingan rakyat. Pembangunan jalan ini bukan untuk perang, tapi untuk membuka akses ekonomi dan pelayanan publik,” tegas Yafet.

Hal senada juga disampaikan oleh Pendeta Markus Wenda, salah satu tokoh agama di Kabupaten Paniai. Ia menyayangkan adanya ancaman terselubung yang muncul dari pernyataan tersebut, karena bisa menimbulkan ketakutan baru di tengah masyarakat. “Jangan karena ketakutan pribadi, masyarakat jadi korban. Jalan Trans Nabire itu untuk mempermudah rakyat mendapatkan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan hidup sehari-hari. Gereja dan tokoh adat di sini mendukung penuh proyek ini,” ujarnya.

Banyak pihak kemudian mengecam pernyataan OPM tersebut sebagai bentuk ketakutan terhadap kemajuan yang sedang dibangun pemerintah. Bagi masyarakat Papua, jalan Trans Nabire bukan hanya sekadar infrastruktur, melainkan simbol perubahan menuju kesejahteraan dan kedamaian. Ketakutan OPM justru memperlihatkan bahwa kelompok itu semakin kehilangan tempat di tengah masyarakat yang kini lebih memilih hidup damai bersama Negara Kesatuan Republik Indonesia.