OPM Kembali Buat Resah Warga Distrik Sinak, Ancaman Bunuh Warga Sipil jika Tak Bergabung

Daerah8 views

buletinjubi.com-Situasi keamanan di Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, Papua kembali diguncang oleh tindakan intimidatif dari kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM). Kelompok tersebut dilaporkan mengancam akan membunuh warga sipil yang menolak bergabung atau memberikan dukungan terhadap perjuangan bersenjata mereka.

Ancaman tersebut dilaporkan terjadi pada awal Juni 2025, ketika sejumlah anggota OPM memasuki beberapa kampung dan mengumpulkan warga. Dalam pertemuan paksa tersebut, mereka menegaskan bahwa siapa pun yang tidak mendukung perjuangan mereka akan dianggap sebagai musuh dan layak disingkirkan.

Sejumlah warga yang berhasil dihubungi melalui jaringan komunikasi terbatas mengungkapkan bahwa mereka kini hidup dalam ketakutan. Aktivitas sehari-hari terganggu, dan banyak dari mereka memilih mengungsi ke kampung-kampung terdekat atau hutan demi menyelamatkan diri dari ancaman kekerasan.

“Mereka (OPM) datang dan menodong senjata. Kami disuruh ikut mereka atau dianggap musuh. Ini sangat tidak manusiawi. Kami hanya ingin hidup tenang dan aman bersama keluarga,” ungkap seorang warga yang tidak ingin disebutkan namanya demi keselamatan, Selasa (10/6/2025).

Menanggapi situasi tersebut, tokoh gereja di wilayah Pegunungan Tengah, Pdt. Marthen Telenggen, menyampaikan keprihatinan yang mendalam. Ia menilai bahwa cara-cara yang digunakan OPM saat ini telah melenceng jauh dari nilai-nilai perjuangan rakyat Papua yang sejati.

“Tidak ada perjuangan yang benar jika dijalankan dengan cara-cara keji dan memaksakan kehendak. Mengancam dan membunuh saudara sendiri hanya akan mempermalukan nama Papua di mata dunia,” tegas Pdt. Marthen.

Ia meminta agar masyarakat tidak tunduk pada tekanan kekerasan dan tetap mempercayakan perlindungan kepada pihak berwenang.

Tokoh adat setempat, Apolos Wonda, menyerukan agar masyarakat tetap bersatu dan tidak terpecah karena tekanan OPM. Ia menyatakan bahwa masyarakat Papua harus menjadi bagian dari pembangunan, bukan menjadi korban dari kepentingan kelompok kecil yang merusak kedamaian.

“OPM hanya membawa ketakutan, bukan kemerdekaan. Mereka memaksa masyarakat ikut, padahal rakyat hanya ingin hidup damai. Ini bukan perjuangan, ini pemaksaan,” kata Apolos.

Kejadian di Distrik Sinak menjadi cerminan nyata betapa kelompok OPM telah menggunakan metode kekerasan dan ancaman dalam mempertahankan eksistensinya. Di tengah upaya pemerintah membangun Papua yang damai dan sejahtera, tindakan intimidatif ini justru menjadi batu sandungan besar. Harapan besar kini disematkan kepada masyarakat dan aparat agar bersama menjaga Tanah Papua dari tangan-tangan perusak kedamaian.