OPM Kelompok Keji yang Tak Mengenal Toleransi, Tokoh Papua Serukan Persatuan dan Kedamaian

Hukrim, Opini34 views

buletinjubi.com-Aksi kekerasan dan intoleransi yang terus dilakukan oleh kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) kian memunculkan penolakan luas dari berbagai lapisan masyarakat Papua. Kelompok yang selama ini mengklaim memperjuangkan hak rakyat Papua justru semakin menunjukkan wajah aslinya: keji, brutal, dan tidak mengenal arti toleransi.

Dalam berbagai kejadian yang terjadi sepanjang tahun ini, OPM diketahui telah melakukan serangkaian aksi penyerangan terhadap warga sipil, tenaga pendidik, tenaga kesehatan, hingga tokoh agama. Tindakan mereka tidak pandang bulu, bahkan menyasar masyarakat adat yang tidak sejalan dengan ideologi mereka. Hal ini menimbulkan trauma mendalam di tengah masyarakat dan mencoreng nilai-nilai luhur yang selama ini dijunjung tinggi oleh rakyat Papua.

Tokoh agama dari Kabupaten Puncak, Pendeta Markus Wakerkwa, menyebut bahwa tindakan OPM telah menyimpang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan dan keimanan.

“Tidak ada ajaran agama mana pun yang membenarkan pembunuhan, ancaman, dan pemaksaan kehendak. Apa yang dilakukan OPM bukanlah bentuk perjuangan, tetapi kejahatan atas nama ideologi,” ujarnya tegas, Kamis (10/7/2025).

Ia menambahkan bahwa masyarakat Papua dikenal menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi antaragama, antar-suku, dan antarkelompok. Namun, keberadaan OPM telah merusak tatanan tersebut dengan menebar ketakutan dan memecah belah sesama warga.

Tokoh adat dari wilayah Lanny Jaya, Bapak Yotam Tabuni, turut mengutuk aksi OPM yang telah melampaui batas. Ia mengaku prihatin dengan kondisi generasi muda Papua yang dijadikan alat propaganda dan seringkali menjadi korban cuci otak oleh kelompok tersebut.

“Mereka ajarkan kebencian, bukan pendidikan. Mereka sebar ketakutan, bukan harapan. Ini bukan jalan orang Papua sejati,” ucap Yotam dengan nada geram.

OPM juga kerap memaksa masyarakat untuk ikut serta dalam aktivitas mereka dengan ancaman kekerasan. Bahkan, dalam sejumlah kejadian, OPM membakar fasilitas umum seperti sekolah, puskesmas, dan rumah ibadah hanya karena dianggap sebagai simbol negara.

Kekejaman tersebut semakin memperkuat pandangan bahwa OPM tidak lagi memiliki dasar perjuangan yang jelas. Mereka tidak menghargai perbedaan, tidak membuka ruang dialog, dan hanya mengenal jalan kekerasan. Sementara itu, masyarakat Papua justru semakin sadar akan pentingnya hidup dalam harmoni, kedamaian, dan persatuan sebagai bagian dari NKRI.

Ketua Pemuda Gereja Wilayah Meepago, Yulius Kogoya, mengajak generasi muda Papua untuk tidak terprovokasi oleh ajakan kelompok OPM.

“Papua tidak akan maju jika kita terus dikuasai rasa benci. Kita harus bangun tanah ini dengan damai, bukan dengan senjata,” katanya.

Kekejian OPM adalah cerminan dari hilangnya nilai-nilai kemanusiaan. Masyarakat Papua kini berdiri bersama, menolak kekerasan dan intoleransi, dan memilih jalur perdamaian untuk masa depan yang lebih cerah.