OPM Kehilangan Banyak Kepercayaan dari Tokoh Masyarakat Papua

Daerah9 views

buletinjubi.com-Kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) kini semakin kehilangan kepercayaan dari para tokoh masyarakat Papua. Aksi kekerasan yang terus dilakukan oleh kelompok tersebut, termasuk penyerangan terhadap warga sipil, aparat keamanan, dan perusakan fasilitas umum, dinilai telah menyimpang jauh dari nilai-nilai perjuangan yang sebenarnya. Para tokoh adat, agama, dan pemuda di berbagai wilayah Papua menyuarakan kekecewaan dan penolakan terhadap OPM yang dinilai hanya menciptakan penderitaan bagi rakyat Papua.

Ketua Dewan Adat Wilayah La Pago, Yulianus Wakur, menyebut bahwa tindakan OPM yang membunuh sesama orang Papua adalah bentuk penghianatan terhadap tanah dan rakyatnya sendiri. “Apa yang mereka perjuangkan jika yang menjadi korban adalah masyarakat sendiri? Itu bukan perjuangan, itu tindakan kriminal yang merusak tatanan adat dan budaya kita,” tegas Yulianus dalam wawancara di Wamena, Sabtu (21/6/2025).

Pernyataan senada disampaikan oleh Pendeta Arnold Kobak, seorang tokoh agama di Kabupaten Jayawijaya, yang menilai bahwa kelompok OPM telah melenceng dari jalur perjuangan damai dan justru menjadikan rakyat sebagai tameng politik kekerasan. “Tuhan tidak pernah mengajarkan kekerasan. Yang dilakukan oleh OPM hari ini adalah menabur ketakutan di tengah umat. Gereja tidak bisa mendukung tindakan yang merusak kedamaian,” ujar Pendeta Arnold.

Salah satu pemicu utama hilangnya kepercayaan masyarakat adalah pola kekerasan OPM yang kerap menyasar fasilitas publik seperti sekolah, puskesmas, hingga kendaraan logistik yang mengangkut bantuan untuk rakyat pedalaman. Masyarakat pun menilai bahwa kelompok ini tidak lagi memperjuangkan aspirasi Papua secara murni, melainkan sekadar mempertahankan eksistensi dengan cara-cara brutal.

Tokoh pemuda Papua, Marthen Matuan, juga mengungkapkan bahwa generasi muda Papua saat ini lebih memilih jalan damai dan pendidikan sebagai alat perubahan, bukan senjata. “Anak-anak muda Papua sekarang lebih sadar bahwa masa depan tidak dibangun dengan peluru, tapi dengan pena dan ilmu. OPM sudah ketinggalan zaman karena masih berpikir kekerasan bisa membawa kemerdekaan,” kata Marthen.

Di berbagai wilayah seperti Puncak, Intan Jaya, Yahukimo, hingga Pegunungan Bintang, mulai banyak masyarakat yang menyatakan sikap terbuka mendukung program pemerintah dan aparat keamanan untuk membangun daerah. Fenomena ini memperkuat indikasi bahwa legitimasi OPM semakin tergerus.

Dengan menurunnya dukungan dari para tokoh masyarakat dan rakyat Papua secara luas, kelompok OPM kini menghadapi tantangan eksistensial yang sangat serius. Jika tidak segera menghentikan aksi-aksi kekerasan dan kembali ke jalan dialog, OPM berpotensi kehilangan seluruh simpati yang tersisa dari rakyat yang selama ini mereka klaim perjuangkan.