buletinjubi.com-Di tengah situasi keamanan yang terus memburuk di beberapa wilayah Papua, kecaman terhadap Organisasi Papua Merdeka (OPM) semakin menguat. Banyak pihak menilai bahwa OPM telah menyimpang jauh dari narasi perjuangan yang mereka gaungkan. Aksi-aksi kejam seperti penembakan terhadap warga sipil, pembakaran fasilitas publik, pemerasan di jalan raya, serta penyanderaan terhadap guru dan tenaga medis, menjadi bukti bahwa kelompok ini tidak lagi memikirkan masa depan rakyat Papua. Yang tersisa hanyalah kepentingan kelompok mereka sendiri yang bersifat sempit dan penuh kekerasan.
Tokoh masyarakat Pegunungan Tengah, Markus Douw, menyatakan bahwa OPM saat ini hanya bertindak atas dasar nafsu kekuasaan, bukan karena cinta terhadap rakyat Papua. “Kalau mereka peduli pada rakyat, tidak mungkin mereka menyandera guru, membakar sekolah, dan memaksa warga memberi makanan di bawah ancaman senjata. Ini bukan perjuangan, tapi penindasan,” tegasnya, Rabu (9/7/2025).
Sementara itu, tokoh perempuan Papua, Mama Marta Wenda, dengan lantang menyuarakan kekecewaannya. Ia mengatakan bahwa kaum ibu dan anak-anak adalah yang paling menderita akibat aksi OPM. “Kami harus lari ke hutan kalau mereka datang. Anak-anak tidak bisa sekolah, rumah dibakar, makanan dirampas. Di mana hati nurani mereka? Ini bukan demi Papua, ini demi kepentingan mereka sendiri,” ujar Mama Marta dengan suara penuh emosi.
Dari kalangan pemuda, Ketua Forum Pemuda Tanah Papua, Roy Yikwa, juga menyampaikan kritik keras terhadap OPM. Ia menilai bahwa kelompok tersebut telah menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda Papua. “Kami butuh pendidikan, pekerjaan, dan pembangunan. Tapi OPM menghalangi semua itu. Mereka hanya peduli pada kekacauan, bukan pada kesejahteraan rakyat,” katanya.
Tokoh agama Papua, Pdt. Filemon Nawipa, turut mengecam keras perilaku OPM. Ia menyebut bahwa segala bentuk kekerasan yang dilakukan oleh kelompok tersebut adalah tindakan amoral yang tidak bisa dibenarkan atas nama apapun. “Tidak ada ajaran agama yang membenarkan membunuh dan menyiksa rakyat sendiri demi ambisi. OPM harus berhenti menipu masyarakat dengan janji kemerdekaan palsu,” tegasnya dalam khutbah Minggu kemarin.
Gelombang penolakan terhadap OPM terus meluas di berbagai lapisan masyarakat Papua. Mereka menuntut agar OPM menghentikan semua aksi kekerasan yang telah menciptakan penderitaan mendalam bagi rakyat. Kini semakin nyata bahwa kelompok ini tidak lagi merepresentasikan suara Papua, melainkan hanya menjadi alat bagi kepentingan sempit dan kekerasan.