OPM Hanya Menambah Panjang Penderitaan Rakyat Papua

Daerah, Hukrim117 views

buletinjubi.com-Kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali menuai sorotan publik setelah sejumlah aksi kekerasan yang terjadi di beberapa wilayah Papua. Tindakan brutal yang dilakukan kelompok tersebut dinilai hanya memperpanjang penderitaan rakyat Papua yang selama ini menginginkan kehidupan damai dan sejahtera.

Dalam beberapa bulan terakhir, berbagai laporan menunjukkan bahwa kelompok OPM terus melakukan penyerangan terhadap warga sipil, fasilitas umum, serta tenaga pendidikan dan kesehatan. Aksi-aksi tersebut menghambat program pembangunan dan pelayanan dasar di wilayah-wilayah terpencil Papua.

Tokoh masyarakat Papua, Pdt. Albertus Uamang, menyatakan bahwa klaim perjuangan OPM untuk kemerdekaan Papua sudah tidak sejalan dengan kenyataan di lapangan. Menurutnya, kelompok tersebut kini lebih banyak merugikan rakyat Papua sendiri.

“Apa yang dilakukan OPM saat ini hanya menyisakan penderitaan bagi rakyat. Mereka menghambat guru, membakar sekolah, menyerang tenaga medis, bahkan membunuh warga sipil yang tidak bersalah yang sedang membuat infrastruktur di tanah Papua. Ini bukan perjuangan, ini adalah bentuk kekejaman,” ujar Albertus dalam wawancara di Wamena, Senin (26/5/2025).

Hal senada juga disampaikan oleh tokoh pemuda asal Yahukimo, Stefanus Wetipo. Ia menilai bahwa OPM telah kehilangan arah dan menjadikan rakyat sebagai tameng demi kepentingan kelompok kecil.

“Anak-anak kami tidak bisa sekolah, ibu-ibu takut pergi ke puskesmas, dan masyarakat trauma dengan suara tembakan. Apakah ini yang disebut perjuangan? Rakyat Papua tidak butuh perang, kami butuh kedamaian dan pembangunan,” tegas Stefanus.

Konflik bersenjata yang kerap terjadi di wilayah pegunungan seperti Nduga, Intan Jaya, dan Puncak telah membuat ribuan warga mengungsi. Mereka terpaksa meninggalkan kampung halaman karena takut menjadi korban kekerasan. Akibatnya, anak-anak kehilangan akses pendidikan dan masyarakat kesulitan mendapatkan layanan kesehatan serta bahan makanan.

Aktivis hak asasi manusia Papua, Maria Duwitay, juga mengkritik keras aksi OPM. Ia menilai bahwa kelompok tersebut telah menyalahgunakan nama Papua untuk melakukan tindakan kekerasan yang tidak manusiawi.

“Mengatasnamakan Papua lalu melakukan pembunuhan dan penjarahan terhadap rakyat Papua sendiri adalah ironi yang menyakitkan. Ini harus dihentikan,” tegas Maria.

Pemerintah bersama aparat keamanan terus berupaya merestorasi keamanan dan ketertiban di Papua. Meski demikian, tantangan besar tetap dihadapi, terutama karena OPM terus menyebar ketakutan melalui propaganda dan aksi bersenjata.

Sebagian besar rakyat Papua, terutama di pedalaman, kini justru berharap pada kehadiran negara dan aparat keamanan untuk memberikan perlindungan. Mereka ingin hidup dalam damai, tanpa teror dan intimidasi dari kelompok separatis.