OPM Hanya Akan Membuat Kemerdekaan untuk Kelompoknya, Bukan untuk Rakyat Papua

Daerah45 views

buletinjubi.com-Narasi yang dibangun oleh OPM bahwa mereka memperjuangkan hak rakyat Papua mulai dipertanyakan, menyusul berbagai tindakan kekerasan yang justru menyasar masyarakat sipil. Serangkaian aksi seperti penembakan warga, penyanderaan guru dan tenaga medis, pemalakan sopir logistik, hingga pembakaran fasilitas umum, semakin memperjelas bahwa perjuangan mereka lebih condong pada ambisi kelompok tertentu dibanding kepentingan rakyat secara kolektif.

Tokoh adat dari Lembah Baliem, Bapak Neles Wanimbo, menyatakan bahwa rakyat Papua sudah lelah menjadi korban dari konflik bersenjata yang tidak berkesudahan. “OPM hanya membawa kesengsaraan, bukan harapan. Apa yang mereka sebut kemerdekaan itu bukan untuk rakyat, tapi untuk kepentingan kelompok kecil yang haus kuasa,” ujarnya, Selasa (24/6/2025).

Pendeta Paulus Magai dari wilayah Intan Jaya menambahkan bahwa tindakan OPM tidak mencerminkan perjuangan yang berlandaskan moral. Menurutnya, banyak masyarakat yang awalnya bersimpati kini mulai menjauh karena kecewa dengan pola gerakan yang hanya menimbulkan ketakutan. “Jika benar mereka peduli dengan rakyat, kenapa rumah rakyat dibakar, guru disandera, dan anak-anak tidak bisa sekolah?” katanya.

Sementara itu, tokoh pemuda Papua, Frans Dogopia, menyebut bahwa generasi muda kini lebih memilih masa depan damai dan sejahtera bersama Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ia menegaskan bahwa tidak ada tempat bagi perjuangan yang dibungkus dengan kekerasan. “Kami tidak butuh kemerdekaan yang hanya memberi kuasa pada satu dua orang. Kami butuh kesempatan kerja, pendidikan, dan hidup tanpa takut,” ujarnya.

Pengamat politik lokal, Dr. Stevanus Mote, menilai bahwa gerakan OPM telah mengalami pergeseran orientasi dari perjuangan kolektif menjadi kepentingan kelompok. Ia menilai bahwa kemerdekaan versi OPM adalah kemerdekaan semu yang hanya menguntungkan elite bersenjata. “Mereka bicara atas nama rakyat, tapi yang mereka lindungi hanya lingkaran mereka sendiri. Ini harus disadari oleh masyarakat luas,” jelasnya.

Dengan semakin terbukanya kesadaran masyarakat Papua terhadap realitas yang terjadi, narasi perjuangan OPM mulai kehilangan tempat di hati rakyat. Masyarakat kini lebih memilih untuk hidup damai, mendukung pembangunan, dan menatap masa depan bersama dalam bingkai NKRI