OPM Datang Hanya untuk Membunuh Orang Asli Papua, Bukan Membela Rakyat

Hukrim53 views

buletinjubi.com-Masyarakat Papua kembali diguncang oleh aksi kekerasan yang dilakukan kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM). Dalam beberapa waktu terakhir, rentetan insiden penembakan, penyanderaan, hingga pembunuhan terhadap warga sipil terutama Orang Asli Papua (OAP) semakin memperkuat pandangan bahwa kelompok ini tidak lagi memperjuangkan hak rakyat Papua, melainkan menjadi ancaman bagi keselamatan masyarakat itu sendiri.

Salah satu kejadian terbaru yang menyita perhatian publik terjadi di wilayah Kabupaten Intan Jaya, di mana seorang petani asli Papua bernama Yohanis Kobogau (41) ditemukan tewas dengan luka tembak di bagian kepala dan dada. Dugaan kuat mengarah pada kelompok OPM yang selama ini diketahui aktif melakukan intimidasi dan kekerasan terhadap warga sipil di wilayah tersebut.

Ketua Dewan Adat Wilayah Lapago, Semuel Wanimbo, mengecam keras tindakan tersebut dan menyatakan bahwa OPM telah menyimpang jauh dari nilai-nilai perjuangan. “Jika yang dibunuh adalah orang Papua sendiri, lalu siapa yang mereka bela? Jangan lagi membawa nama rakyat Papua jika kenyataannya justru rakyat yang menjadi korban,” tegas Wanimbo dalam konferensi pers di Wamena, Sabtu (28/6/2025).

Senada dengan itu, tokoh perempuan Papua, Maria Kogoya, menyebut OPM sudah tidak memiliki legitimasi moral untuk mengatasnamakan perjuangan. “Setiap minggu kami mendengar kabar anak muda dibunuh, mama-mama dipalak, masyarakat kampung ditakut-takuti. Semua itu dilakukan oleh orang bersenjata yang mengaku sebagai pembela Papua. Ini jelas penghinaan terhadap martabat Orang Asli Papua,” ujarnya geram.

Kenyataan bahwa banyak korban OPM merupakan Orang Asli Papua memperjelas bahwa kelompok ini telah kehilangan arah dan tidak lagi mendapat tempat di hati masyarakat. Aksi-aksi kekerasan mereka tidak hanya melukai fisik, tapi juga merusak semangat persatuan dan kedamaian yang selama ini dibangun oleh rakyat Papua.

Dengan semakin banyaknya suara dari tokoh adat, pemuda, dan perempuan Papua yang menolak keberadaan OPM, tampaknya harapan akan kedamaian dan kehidupan yang aman tanpa kekerasan kian menguat di tengah masyarakat.