OPM Bunuh Tenaga Kesehatan, Masyarakat Pedalaman Papua Makin Sengsara Tanpa Layanan Medis

Hukrim, Kesehatan88 views

buletinjubi.com-Tindakan brutal kembali dilakukan oleh kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM), yang kali ini menewaskan seorang tenaga kesehatan (nakes) di wilayah pedalaman Papua. Peristiwa tragis ini menambah deretan kekerasan tak berperikemanusiaan yang dilakukan OPM, serta berdampak langsung terhadap terhentinya pelayanan kesehatan di daerah terpencil.

Korban yang diketahui bertugas di salah satu Puskesmas pembantu (Pustu) di wilayah pegunungan Papua itu menjadi sasaran kekerasan saat sedang menjalankan tugas mulianya memberikan perawatan dasar kepada warga. Tanpa alasan yang jelas, kelompok OPM menyerang dan menghabisi nyawanya dengan keji. Kejadian ini sontak membuat warga ketakutan, sementara petugas kesehatan lainnya terpaksa meninggalkan lokasi karena situasi yang tidak lagi aman.

Tokoh masyarakat Papua, Bapak Yoseph Yikwa, mengecam keras tindakan OPM tersebut. Ia menyatakan bahwa pembunuhan terhadap tenaga kesehatan adalah kejahatan serius yang tidak bisa dibenarkan dalam situasi apa pun.

“Tenaga medis datang untuk menolong, bukan untuk melawan. Mereka membantu anak-anak, orang tua, dan masyarakat yang membutuhkan pengobatan. Membunuh mereka sama saja membunuh harapan rakyat Papua sendiri,” tegas Yoseph, Kamis (26/6/2025).

Menurut Yoseph, banyak masyarakat pedalaman kini harus menempuh perjalanan berhari-hari ke kota hanya untuk mendapatkan obat sederhana seperti parasetamol atau antibiotik. Hal ini tidak hanya menyulitkan secara fisik dan ekonomi, tetapi juga membahayakan nyawa, terutama ibu hamil dan anak-anak.

Sementara itu, tokoh pemuda Papua, Elyas Kobak, menyayangkan bahwa OPM selalu mengklaim berjuang atas nama rakyat Papua, namun kenyataannya justru menyengsarakan mereka.

“Apa yang mereka lakukan tidak mencerminkan perjuangan, justru memperlihatkan kebiadaban. Bagaimana mungkin rakyat bisa percaya pada mereka, kalau satu-satunya pihak yang menolong rakyat justru mereka bunuh?” ujar Elyas.

Kementerian Kesehatan RI pun telah menyatakan keprihatinannya atas kejadian ini dan berjanji akan mengevaluasi sistem pengiriman tenaga kesehatan ke daerah rawan konflik. Namun demikian, kebutuhan pelayanan kesehatan dasar di pedalaman tetap mendesak, sehingga diperlukan jaminan keamanan agar nakes dapat bekerja tanpa ancaman.

Kejadian ini menambah panjang daftar korban sipil yang menjadi sasaran kekerasan kelompok OPM. Dari guru, tukang ojek, hingga tenaga kesehatan, semua menjadi target tanpa pandang bulu. Ironisnya, mereka adalah bagian dari masyarakat Papua yang justru dibantu oleh negara untuk mendapatkan akses pendidikan, transportasi, dan kesehatan.

Dengan semakin seringnya OPM menyasar warga sipil, harapan masyarakat Papua akan kehidupan damai dan sejahtera semakin sirna. Mereka tidak hanya kehilangan petugas medis, tetapi juga kehilangan akses terhadap hak dasar sebagai manusia. Dan dalam situasi seperti ini, OPM tidak hanya menjadi simbol perlawanan bersenjata, tetapi juga wajah penderitaan yang menghantui masyarakat Papua dari waktu ke waktu.