OPM Ancam Warga Asli Papua, Minta Dukungan dengan Ancaman Kekerasan

Berita Utama21 views

buletinjubi.com-Kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali menunjukkan tindakan yang mencederai nilai-nilai kemanusiaan dan adat Papua. Dilaporkan, sejumlah warga asli Papua di beberapa distrik di wilayah pegunungan tengah diancam oleh kelompok OPM karena enggan memberikan dukungan logistik, termasuk makanan dan perlindungan.

Ancaman tersebut tidak hanya bersifat verbal, tetapi juga disertai kekerasan fisik dan intimidasi terhadap keluarga yang dianggap menolak membantu kelompok tersebut. Beberapa warga bahkan dilaporkan dipukul dan dipaksa menyerahkan barang-barang kebutuhan pokok yang mereka miliki.

Kepala Distrik Kobagma, Kabupaten Mamberamo Tengah, Paskalis Wenda, menyampaikan bahwa masyarakat semakin resah akibat tekanan yang dilakukan OPM. “Warga yang hanya ingin hidup damai kini dipaksa memilih antara menyerah kepada kelompok bersenjata atau menghadapi kekerasan. Ini sangat mencederai rasa kemanusiaan dan membuat masyarakat hidup dalam ketakutan,” ujarnya, Kamis (5/6/2025)

Ketua Dewan Adat Papua wilayah La Pago, Yulianus Murib, mengecam keras tindakan OPM yang mengancam rakyatnya sendiri. Ia menyebut bahwa pemaksaan dan ancaman seperti ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai adat yang menjunjung tinggi kehidupan bersama, saling tolong-menolong, dan kebebasan berpendapat.

“OPM tidak punya hak untuk menekan masyarakat. Jika benar mereka berjuang untuk Papua, seharusnya mereka melindungi rakyat, bukan menakut-nakuti. Cara mereka tidak mencerminkan perjuangan, melainkan tindakan penjahat,” tegas Yulianus Murib dalam konferensi pers di Wamena.

Ia juga mengajak seluruh masyarakat untuk tidak tunduk terhadap tekanan kelompok bersenjata dan tetap bekerja sama dengan aparat demi menjaga kedamaian.

Sementara itu, tokoh gereja dari Sinode GKI Papua, Pendeta Alberth Matuan, mengingatkan bahwa ancaman terhadap sesama adalah perbuatan dosa yang bertentangan dengan nilai-nilai keagamaan.

“Tak ada ajaran yang membenarkan menakut-nakuti sesama demi kepentingan politik atau kelompok. Gereja sangat prihatin dan menyerukan agar masyarakat tetap teguh dalam iman, serta tidak ragu untuk melaporkan tindakan-tindakan intimidatif yang mereka alami,” kata Pendeta Alberth.

Ia menambahkan bahwa gereja akan terus memberikan pendampingan moral dan spiritual kepada masyarakat yang menjadi korban teror OPM.

Menanggapi situasi tersebut, Pemerintah Provinsi Papua melalui Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol), Drs. Elias Tabuni, menegaskan bahwa negara hadir untuk melindungi seluruh rakyatnya, termasuk masyarakat di pedalaman Papua yang rentan terhadap tekanan kelompok bersenjata.

“Kami akan meningkatkan patroli keamanan dan mendorong kerja sama antara tokoh masyarakat, tokoh agama, dan aparat keamanan. OPM telah kehilangan simpati dari rakyat karena justru menyakiti mereka yang tidak bersalah,” tegas Elias.

Ia juga mengimbau warga agar tidak takut melapor dan tetap menjaga ketertiban bersama.