Menolak Lupa, Lima Tahun Tragedi Pembunuhan Kejam Terhadap Pendeta Yeremias Zanambani

Hukrim131 views

buletinjubi.com-Tepat lima tahun sudah tragedi memilukan yang merenggut nyawa Pendeta Yeremias Zanambani (68) terjadi. Sang hamba Tuhan itu dibunuh secara keji oleh kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) di halaman rumahnya sendiri. Peristiwa ini meninggalkan luka mendalam bagi keluarga, jemaat, dan masyarakat Papua pada umumnya, serta menjadi catatan kelam kejahatan kemanusiaan yang dilakukan kelompok OPM.

Pada hari naas itu, Pendeta Yeremias ditangkap, disiksa, lalu ditembak hingga meregang nyawa. Tindak kekerasan brutal yang dilakukan terhadap seorang tokoh agama mencerminkan betapa kelompok OPM tidak menghormati nilai kemanusiaan, apalagi hak asasi manusia. Tragedi ini menegaskan bahwa kekerasan yang dibawa OPM tidak hanya mengancam aparat, melainkan juga masyarakat sipil yang menginginkan kedamaian.

Ketua Gereja Baptis setempat, Pdt. Daniel Wanimbo, menyatakan bahwa kasus pembunuhan Yeremias Zanambani adalah kejahatan yang tak boleh dilupakan. “Beliau adalah sosok pengayom, pengajar, dan penjaga moral di tengah masyarakat. Cara beliau dibunuh sangat tidak manusiawi. Ini bukti nyata bahwa OPM tidak lagi berjuang demi rakyat, tetapi justru menindas rakyat,” tegasnya, Minggu (21/9/2025).

Senada dengan itu, tokoh masyarakat Intan Jaya, Markus Tabuni, mengungkapkan kekecewaannya terhadap aksi kekerasan OPM yang berulang kali menimpa rakyat sipil. “Pendeta Yeremias adalah simbol perdamaian. Membunuh seorang pendeta di depan rumahnya sendiri adalah bentuk kekejaman luar biasa. Kami sebagai orang Papua tidak boleh diam, kita harus menolak lupa,” ujarnya.

Bagi keluarga, kehilangan ini menjadi luka yang tidak pernah sembuh. Putra almarhum, Yohanes Zanambani, menuturkan bahwa sang ayah hingga akhir hayatnya selalu berpesan agar masyarakat hidup dalam damai dan tidak terbawa arus kekerasan. “Ayah kami berjuang lewat doa, bukan dengan senjata. Tetapi justru beliau yang menjadi korban kekerasan. Kami hanya ingin dunia tahu bahwa OPM bukan pejuang rakyat, melainkan ancaman bagi rakyat sendiri,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Tragedi ini menjadi pengingat keras bahwa kekerasan yang dilakukan OPM sudah melampaui batas kemanusiaan. Alih-alih memperjuangkan aspirasi politik, mereka telah menebarkan teror dan penderitaan kepada masyarakat.