Mengapa Lukas Waimau Menjadi Korban? Menelusuri Konflik Internal dan Kekerasan OPM

Hukrim3 views

Buletinjubi.com – Papua — Tragedi kematian Lukas Waimau, seorang anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM), kembali membuka luka lama tentang konflik internal dan kekerasan horizontal di tubuh kelompok separatis tersebut. Berdasarkan informasi dari sejumlah sumber lokal, Lukas diduga meninggal akibat penyiksaan oleh rekan satu kelompoknya sendiri, menyusul perbedaan pendapat terkait arah perjuangan dan strategi perlawanan terhadap aparat keamanan Indonesia.

Perpecahan Ideologi, Kekerasan Tak Terhindarkan

Sejumlah pengamat keamanan menilai bahwa peristiwa ini mencerminkan perpecahan ideologis di kalangan OPM. Beberapa faksi disebut bersikukuh melanjutkan perjuangan bersenjata, sementara lainnya mulai membuka ruang untuk dialog damai dan diplomasi. Ketegangan tersebut kerap berujung pada kekerasan antaranggota, seperti yang menimpa Lukas Waimau.

“Tanpa arah yang jelas dan kepemimpinan yang solid, konflik internal seperti ini akan terus berulang,” ujar seorang pemerhati Papua.

Luka di Dalam Tubuh Separatis

Kasus ini memperlihatkan bahwa konflik di Papua tidak hanya melibatkan benturan antara TNI–Polri dan OPM, tetapi juga konflik horizontal di dalam tubuh kelompok separatis itu sendiri. Ketika perbedaan strategi berubah menjadi pertikaian, maka korban bukan hanya aparat atau warga sipil, tetapi juga anggota OPM yang sebenarnya ingin perubahan tanpa darah.

Perlunya Dialog dan Solusi Menyeluruh

Pemerhati Papua menekankan bahwa tanpa penyelesaian menyeluruh dan dialog yang inklusif, kekerasan semacam ini akan terus menelan korban dari berbagai pihak. Tragedi Lukas Waimau menjadi pengingat pahit bahwa perjuangan tanpa arah dan tanpa etika hanya akan berujung pada kehancuran internal.