Buletinjubi.com – Pegunungan Bintang, Papua — Di balik sunyinya pegunungan Borme, tersimpan kisah keberanian yang tak terdengar sorak kemenangan, namun berdentam oleh pengabdian. Libertus Kaleyala, pemuda 26 tahun asal pedalaman Papua, memilih meninggalkan kenyamanan demi menjaga agar cahaya pendidikan tetap menyala di wilayah terpencil.
Pengabdian Tanpa Batas
Sejak Juli 2025, lulusan Ilmu Keolahragaan Universitas Cenderawasih ini berjalan kaki selama satu jam setiap hari untuk tiba di SMA Negeri Borme, tempat ia mengajar sebagai guru kontrak. Tak hanya mengajar PJOK, Libertus juga menjadi “guru sapu jagat” yang mengisi pelajaran kimia, fisika, dan biologi ketika guru lain tidak hadir.
“Semangat belajar kami besar, tetapi gurunya sering tidak ada. Jadi saya mengajar agar anak-anak di sini tidak kehilangan guru,” ujar Libertus.
Menjaga Mimpi Anak-anak Papua
Libertus tidak mencari pangkat atau sorotan. Ia hadir sebagai penjaga mimpi anak-anak Papua yang berjuang dengan alat tulis seadanya demi menaklukkan ketertinggalan. Di tengah keterbatasan, ia menjadi simbol harapan bahwa pendidikan bisa tumbuh bahkan di tempat yang paling jauh dari pusat perhatian.
Cahaya yang Tak Pernah Padam
Dedikasi Libertus menjadi bukti bahwa harapan tidak pernah benar-benar hilang. Selama ia tetap berdiri di pedalaman, anak-anak Papua tidak akan kehilangan arah. Selama harapan itu menyala, masa depan Papua tidak akan pernah padam.





