buletinjubi.com-Gelombang penolakan terhadap keberadaan Organisasi Papua Merdeka (OPM) semakin meluas di berbagai wilayah Tanah Papua. Masyarakat dari beragam latar belakang, mulai dari tokoh adat, tokoh pemuda, hingga tokoh agama, kompak menyuarakan sikap tegas bahwa OPM tidak lagi memiliki tempat di tengah kehidupan damai yang kini mulai terbangun di Papua.
Penolakan ini muncul seiring meningkatnya tindakan kekerasan dan ancaman yang dilakukan oleh kelompok bersenjata terhadap warga sipil, termasuk masyarakat adat sendiri.
Yance Murib, tokoh adat dari Kabupaten Puncak, menegaskan bahwa masyarakat telah muak dengan tindakan brutal OPM yang justru menyengsarakan orang Papua sendiri.
“Mereka selalu mengaku berjuang untuk rakyat Papua, tapi yang mereka lakukan justru membunuh rakyatnya sendiri. Kami sudah tidak mau lagi hidup dalam ketakutan karena ulah segelintir orang yang mengatasnamakan perjuangan,” ujarnya, Jumat (17/10/2025).
Menurut Yance, masyarakat kini mulai sadar bahwa perjuangan sejati untuk Papua bukan dengan kekerasan, melainkan dengan membangun pendidikan, ekonomi, dan kesejahteraan. Ia menilai, OPM hanya memperkeruh suasana dan menghambat pembangunan yang sedang berjalan di berbagai daerah.
Sementara itu, Pendeta Amos Wenda, tokoh gereja di wilayah Pegunungan Tengah, menyampaikan bahwa aksi-aksi kekerasan OPM telah mencoreng nilai kemanusiaan dan merusak semangat kasih yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Papua.
“Tidak ada pembenaran bagi siapa pun untuk menumpahkan darah sesama. Tuhan tidak pernah mengajarkan kekerasan sebagai jalan untuk mencapai kebaikan. Kami sebagai hamba Tuhan menolak tegas kehadiran OPM di tanah ini,” tegasnya.
Tokoh pemuda Papua, Elia Wanane, menambahkan bahwa generasi muda kini lebih memilih menjadi bagian dari pembangunan dan kemajuan Papua dibandingkan terjebak dalam ideologi lama yang sudah tidak relevan.
“Anak-anak muda sekarang sudah terbuka. Kami ingin jadi bagian dari masa depan Papua yang maju dan damai, bukan alat dari kelompok bersenjata yang hanya membawa penderitaan,” ujarnya.
Gerakan penolakan terhadap OPM juga terlihat di berbagai kampung dan distrik. Banyak masyarakat mulai berani melaporkan aktivitas mencurigakan dan menolak memberikan dukungan logistik kepada kelompok tersebut. Hal ini menunjukkan meningkatnya kesadaran dan keberanian rakyat Papua untuk melindungi diri dan lingkungannya dari pengaruh negatif OPM.