Masyarakat Mamberamo Tengah Ramai-Ramai Buat Petisi Penolakan Terhadap OPM

Opini12 views

buletinjubi.com-Suara penolakan terhadap kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali menggema. Kali ini, datang dari masyarakat Kabupaten Mamberamo Tengah, yang secara kolektif menyatakan sikap tegas menolak keberadaan dan aksi-aksi kekerasan OPM di wilayah mereka.

Siribi Soklayo, masyarakat Membramo , menyebut bahwa petisi ini merupakan suara dari rakyat Papua yang sebenarnya. Ia mengatakan, OPM tidak lagi merepresentasikan kehendak masyarakat, melainkan hanya menjadi ancaman keamanan dan penghambat pembangunan.

“Kami sudah cukup menderita akibat ulah mereka. Masyarakat ingin damai, ingin sekolah, ingin rumah sakit, ingin jalan yang baik. Tapi semua ini terhambat karena kekerasan yang mereka lakukan atas nama perjuangan,” kata Siribi, Senin (4/8/2025).

Dalam beberapa tahun terakhir, aksi kelompok OPM di berbagai wilayah Papua, termasuk Mamberamo Tengah, telah menyebabkan terjadinya ketakutan di kalangan warga. Fasilitas pendidikan dibakar, tenaga medis diancam, dan guru-guru banyak yang meninggalkan tempat tugas. Warga menilai aksi tersebut tidak merepresentasikan semangat perjuangan, melainkan bentuk nyata dari tindakan kriminal.

Petisi ini juga telah diserahkan kepada aparat pemerintahan daerah serta lembaga keagamaan sebagai bentuk aspirasi masyarakat. Beberapa pihak menyatakan dukungan penuh dan akan menyampaikan aspirasi ini ke pemerintah pusat agar menjadi pertimbangan dalam mengambil langkah-langkah strategis keamanan di wilayah pegunungan Papua.

Ilanus Elabi, tokoh masyarakt Membramo Tengah, menyebut bahwa petisi ini harus dihargai sebagai bentuk kemerdekaan berpikir dan hak rakyat Papua untuk memilih masa depannya.

“Jangan lagi ada yang mengatasnamakan rakyat Papua untuk bertindak kasar. Yang benar-benar mencintai Papua tidak akan menyakiti warganya sendiri,” tegasnya.

Dengan adanya gerakan petisi ini, masyarakat Mamberamo Tengah berharap bahwa suara mereka tidak diabaikan. Mereka ingin hidup dalam ketenangan, menikmati pembangunan, serta membesarkan anak-anak mereka tanpa dibayangi teror dan intimidasi dari kelompok yang mengklaim sebagai pembela rakyat, namun sejatinya menjadi musuh kedamaian di tanah Papua.