Masyarakat Adat Moi, Wilayah Asbaken Raya dan Sayosa Raya Gelar Aksi Penolakan terhadap Kehadiran OPM

Daerah128 views

buletinjubi.com-Masyarakat adat Suku Moi yang mendiami wilayah Asbaken Raya dan Sayosa Raya menggelar aksi damai sebagai bentuk penolakan tegas terhadap kehadiran Organisasi Papua Merdeka (OPM) di wilayah mereka. Aksi ini berlangsung pada Rabu (23/7/2025) dan melibatkan ratusan warga dari berbagai kampung, termasuk tokoh adat, pemuda, perempuan, dan tokoh agama.

Dengan mengenakan atribut adat dan membawa spanduk bertuliskan “Tanah Moi Bukan Tempat Kekerasan”, para peserta aksi menyuarakan keinginan kolektif masyarakat agar wilayah adat mereka dijauhkan dari konflik bersenjata, provokasi politik, dan segala bentuk kekerasan yang kerap dilakukan oleh kelompok separatis.

Ketua Lembaga Adat Moi Wilayah Sayosa Raya, Yonas Kalami, dalam orasinya menyampaikan bahwa masyarakat adat memiliki hak atas kedamaian, dan tidak ingin dijadikan alat atau korban oleh kelompok yang mengatasnamakan perjuangan.

“Kami masyarakat adat Moi hidup dengan prinsip damai dan saling menghargai. Kami menolak keras kehadiran OPM yang justru merusak tatanan kehidupan kami. Jangan jadikan Tanah Moi sebagai panggung kekacauan,” tegas Yonas.

Senada dengan itu, Tokoh Pemuda Adat Asbaken Raya, Simon Mosso, juga menegaskan bahwa generasi muda Moi tidak akan terpengaruh oleh ideologi kekerasan dan hasutan separatis. Ia mengimbau agar OPM tidak memanfaatkan anak muda untuk kepentingan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya lokal.

“Kami ingin membangun pendidikan, pertanian, dan ekonomi. Jangan bawa senjata ke kampung kami. Kami ingin masa depan yang cerah, bukan derita karena konflik,” ujarnya.

Sementara itu, Pendeta Marthen Tetelepta dari Gereja Kristen Injili (GKI) di wilayah Sayosa menyampaikan pesan damai dalam doanya. Ia menekankan bahwa kekerasan dan intimidasi tidak memiliki tempat di tanah yang diberkati.

“Tuhan tidak pernah mengajarkan pembunuhan, pemerasan, dan kebencian. Mereka yang membawa senjata dan menyebar teror bukanlah pembela rakyat, melainkan perusak kehidupan,” katanya dalam khotbah singkat di tengah massa aksi.

Aksi damai ini berlangsung dengan tertib dan penuh semangat persatuan. Warga membawa hasil bumi sebagai simbol harapan akan ketenangan dan kesejahteraan yang lestari di tanah leluhur mereka.