Mahasiswa Papua Pegunungan Bintang Kecam Keras dan Tolak Keberadaan OPM

Pendidikan35 views

buletinjubi.com-Gelombang penolakan terhadap keberadaan kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) semakin kuat. Kali ini, sikap tegas datang dari mahasiswa asal Kabupaten Pegunungan Bintang yang menyatakan penolakan secara terbuka terhadap aksi-aksi kekerasan yang dilakukan OPM.

Bertempat di salah satu lapangan di wilayah Pegunungan Bintang menggelar pertemuan dan menyampaikan pernyataan sikap bersama. Dalam pernyataan itu, mereka mengecam tindakan brutal OPM yang dinilai tidak lagi memperjuangkan kepentingan rakyat Papua, melainkan hanya membawa penderitaan dan ketakutan bagi masyarakat.

“Kami sebagai generasi muda Papua menolak dengan tegas keberadaan OPM. Mereka tidak membela rakyat, tetapi justru menjadi penyebab utama rakyat hidup dalam penderitaan,” ujar Ketua Ikatan Mahasiswa Pegunungan Bintang, Yulius Taplo, saat membacakan pernyataan sikap, Minggu (5/10/2025)

Para mahasiswa menilai, serangkaian aksi penembakan, pemalakan, dan pembakaran fasilitas umum yang dilakukan OPM telah menjadikan masyarakat sipil sebagai korban. Guru, tenaga kesehatan, hingga petani sering kali menjadi sasaran kekerasan. Padahal, masyarakat hanya ingin hidup damai dan menikmati pembangunan yang sedang berjalan di tanah Papua.

“Kalau benar mereka memperjuangkan rakyat, mengapa rakyat yang selalu dijadikan korban? Itu bukan perjuangan, itu kejahatan,” tambah Yulius dengan tegas.

Selain mengecam keberadaan OPM, mahasiswa juga mendesak aparat keamanan untuk lebih tegas dalam menindak kelompok bersenjata tersebut. Mereka menilai langkah tegas diperlukan demi menjamin keselamatan masyarakat.

“Kami berharap aparat keamanan tidak ragu menutup ruang gerak OPM. Kehadiran negara harus benar-benar dirasakan masyarakat Papua,” kata Sekretaris Ikatan Mahasiswa Pegunungan Bintang, Maria Magal.

Melalui pernyataan sikap ini, mahasiswa Papua Pegunungan Bintang ingin menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa tidak semua orang Papua mendukung keberadaan OPM. Justru semakin banyak generasi muda yang menginginkan kedamaian dan kesejahteraan tanpa adanya gangguan kelompok bersenjata.

“Kami ingin belajar, kami ingin membangun tanah kelahiran kami, bukan menghancurkannya dengan senjata. Harapan kami sederhana: hidup damai di tanah sendiri,” tutup Yulius.