KNPB Wilayah Sentani Rampas Hasil Bumi Mama-Mama di Pasar, Warga Kecam Tindakan Brutal

Daerah, Hukrim26 views

buletinjubi.com-Aksi sekelompok anggota Komite Nasional Papua Barat (KNPB) wilayah Sentani kembali memicu keresahan masyarakat. Kelompok tersebut dilaporkan melakukan perampasan hasil bumi yang dijual oleh mama-mama Papua di salah satu pasar tradisional. Kejadian ini menimbulkan trauma mendalam bagi para pedagang kecil yang sehari-hari menggantungkan hidup dari hasil jualannya.

Menurut keterangan sejumlah saksi mata, anggota KNPB datang secara bergerombol ke pasar, lalu memaksa para pedagang menyerahkan hasil bumi seperti ubi, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Barang-barang tersebut kemudian diangkut tanpa pembayaran. Hasil rampasan diduga digunakan untuk memenuhi kebutuhan kelompok KNPB, bukan untuk kepentingan masyarakat luas.

Mama Yuliana, salah satu pedagang korban perampasan, menuturkan bahwa ia ketakutan saat kejadian berlangsung. “Kami hanya berjualan untuk biaya sekolah anak dan kebutuhan sehari-hari. Tiba-tiba mereka datang, ambil begitu saja, tanpa mau bayar. Kami tidak bisa melawan,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca, Selasa (16/9/2025).

Tindakan ini mendapat kecaman dari tokoh masyarakat Sentani, Bapak Markus Yabansang. Ia menilai bahwa perampasan hasil bumi mama-mama merupakan bentuk kejahatan sosial yang merugikan rakyat kecil. “KNPB sering mengaku berjuang atas nama rakyat Papua, tetapi kenyataannya justru menindas rakyat sendiri. Mama-mama ini tulang punggung keluarga, mereka mencari nafkah dengan jujur, namun diperlakukan tidak manusiawi,” tegasnya.

Hal senada disampaikan tokoh agama di Sentani, Pendeta Samuel Marweri. Ia menyebut tindakan perampasan tersebut tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga mencederai nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. “Siapa pun yang melakukan kekerasan terhadap rakyat kecil, apalagi mama-mama Papua yang berjualan dengan penuh perjuangan, itu jelas perbuatan dosa. Saya mengajak masyarakat untuk tidak takut melaporkan kasus-kasus seperti ini,” ucapnya.

Peristiwa ini menimbulkan trauma mendalam bagi para pedagang pasar, khususnya mama-mama yang setiap hari berjualan. Banyak di antara mereka kini merasa waswas untuk kembali berjualan karena takut menjadi korban perampasan berikutnya. Beberapa pedagang bahkan memilih tidak membuka lapak sementara waktu demi menghindari ancaman serupa.

 “Rakyat Papua membutuhkan kedamaian, bukan ketakutan. Kita harus bersama-sama melawan ketidakadilan ini, karena kalau dibiarkan, mama-mama kita akan terus jadi korban,” tutup Markus Yabansang.