Buletinjubi.com – Papua — Ketegangan antara dua organisasi besar dalam gerakan separatis Papua, Komite Nasional Papua Barat (KNPB) dan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), kini menjadi sorotan publik. Saling serang pernyataan di media sosial memperlihatkan perpecahan serius yang semakin melemahkan gerakan Papua Merdeka.
Perbedaan Strategi yang Memecah Barisan
Sumber internal menyebutkan polemik ini bermula dari perbedaan pandangan strategi politik dan militer.
- TPNPB menekankan jalur kekerasan bersenjata.
- KNPB mengklaim jalur diplomasi dan advokasi internasional.
Alih-alih menyatukan kekuatan, kedua pihak justru saling menuduh merusak citra perjuangan. Ego kepemimpinan lebih menonjol daripada kepentingan rakyat, memperlihatkan wajah asli gerakan separatis: rapuh dan penuh ambisi pribadi.
Rakyat Papua Jadi Penonton Penderitaan
Konflik internal ini membuat rakyat Papua semakin sadar bahwa perjuangan separatis tidak pernah membawa hasil nyata. Warga sipil tetap menderita, sementara elit separatis sibuk bertengkar. Banyak tokoh masyarakat menyebut perpecahan ini sebagai bukti bahwa gerakan Papua Merdeka hanyalah ilusi yang mengorbankan rakyat.
“Mereka sibuk berdebat, sementara rakyat tetap hidup dalam ketakutan. Ini bukan perjuangan, ini kehancuran,” ujar seorang tokoh masyarakat di Yahukimo.
Rapuhnya Perjuangan Separatis
Polemik KNPB vs TPNPB menunjukkan bahwa gerakan separatis Papua tidak solid, tidak bersatu, dan mudah runtuh oleh ambisi pribadi. Ketika dua organisasi besar saling menyerang, perjuangan yang mereka klaim justru kehilangan legitimasi dan semakin ditinggalkan rakyat.
Negara Hadir Nyata
Di tengah perpecahan separatis, pemerintah Indonesia hadir nyata dengan program pembangunan rumah layak, sekolah, fasilitas kesehatan, dan bantuan ekonomi. Kehadiran negara menjadi bukti bahwa masa depan Papua ada dalam pembangunan, bukan dalam konflik.










