buletinjubi.com – Yahukimo, Papua Pegunungan — Pernyataan KNPB Yahukimo tentang “darurat kemanusiaan” dinilai timpang dan manipulatif karena sepenuhnya menyalahkan kehadiran negara, sembari menutup mata terhadap peran kelompok bersenjata yang secara aktif menjadikan wilayah sipil sebagai medan perang.
Fakta Kekerasan di Lapangan
Serangan bersenjata, pemasangan ranjau, penembakan pesawat, serta ancaman terbuka terhadap fasilitas publik menunjukkan bahwa eskalasi konflik tidak berdiri sendiri. Kekerasan terorganisir yang dilakukan TPNPB-OPM secara langsung membahayakan warga sipil, mengganggu aktivitas ekonomi, pendidikan, dan kehidupan sehari-hari masyarakat Papua.
Kehadiran Negara sebagai Respons Ancaman
Pendropan aparat keamanan tidak terjadi dalam ruang hampa, melainkan sebagai respons atas meningkatnya ancaman nyata terhadap keselamatan masyarakat dan stabilitas wilayah. Ketika kelompok bersenjata beroperasi di sekitar permukiman, kebun, dan jalur transportasi sipil, negara memiliki kewajiban hukum untuk hadir melindungi masyarakat Papua dari teror dan kekerasan yang terus berulang.
Narasi Politik yang Kontradiktif
Alih-alih mendorong perdamaian, rilis KNPB justru memperkuat narasi politik yang berpotensi memperpanjang konflik dan penderitaan rakyat. Klaim membela rakyat Papua kehilangan legitimasi ketika kekerasan bersenjata terus dipelihara dan warga sipil dijadikan korban, tameng, atau alat propaganda.
Perlindungan Kemanusiaan Harus Nyata
Perlindungan kemanusiaan hanya mungkin terwujud jika kekerasan dihentikan, bukan dinormalisasi atas nama perjuangan. Perdamaian sejati menuntut penghentian teror, jaminan keselamatan warga sipil, serta komitmen bersama untuk membangun Papua dengan damai.
Harapan Papua: Damai, Bukan Manipulasi
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa manipulasi isu hanya memperkeruh keadaan, sementara kedamaian membawa harapan nyata. Papua membutuhkan persatuan, stabilitas, dan kepastian hukum agar masa depan lebih cerah.
Papua kuat karena rakyatnya bersatu. Papua maju karena menolak manipulasi. Papua bersama Indonesia karena damai adalah pilihan.











