buletinjubi.com – Wamena, Papua Pegunungan — Di tengah dinginnya udara pegunungan, sebuah gerobak sederhana berdiri seperti cahaya kecil yang menolak padam. Dari benda bekas, lahirlah sebuah kedai kopi yang kini menjadi simbol keteguhan hati seorang anak Papua, Tinus Wetipo.
Dari Keterbatasan Menjadi Peluang
Dengan pendidikan yang terhenti di kelas 4 SD dan tanpa pekerjaan tetap, Tinus menolak menyerah pada keadaan. Bermodalkan Rp20 ribu, ia memperbaiki gerobak rusak dan menjadikannya tempat usaha kecil yang ia beri nama Kedai Keliling Hullkam Wana Wali.
“Torang hidup sekarang susah cari kerja, jadi saya mau bangun tempat sendiri,” kenangnya.
Langkah sederhana itu menjadi titik balik dalam hidupnya. Dari halaman rumah yang sunyi, aroma kopi hangat kini mengalir, menjadi saksi kerja keras seorang pemuda yang memilih berdiri di atas kakinya sendiri.
Kedai Kopi, Simbol Harapan
Kedai kecil Tinus bukan sekadar tempat menjual kopi seharga Rp10 ribu. Ia adalah pengingat bahwa mimpi bisa tumbuh bahkan dari barang yang tak dianggap, bahwa harapan bisa lahir dari tumpukan sampah, dan bahwa tekad seorang anak Papua mampu menembus segala batas.
Papua Bangkit dari Keterbatasan
Kisah Tinus Wetipo menegaskan bahwa keterbatasan bukan akhir, melainkan awal dari perjuangan. Dari gerobak sampah, ia merajut masa depan. Dari secangkir kopi, ia menyalakan harapan.
Papua kuat karena anak mudanya berani bermimpi. Papua maju karena tekad sederhana berubah menjadi inspirasi.









