Kerusuhan di Elelim Yalimo Ditunggangi OPM, 3 Warga Tewas dan Puluhan Rumah Terbakar

Daerah, Hukrim38 views

buletinjubi.com-Situasi mencekam melanda Distrik Elelim, Kabupaten Yalimo, setelah kerusuhan yang dipicu oleh isu SARA berujung pada aksi anarkis massa. Peristiwa tragis tersebut ditunggangi oleh kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM), yang memanfaatkan ketegangan sosial untuk memperluas provokasi.

Dalam kerusuhan yang terjadi, massa bertindak brutal dengan membakar lebih dari 30 kios serta rumah warga hingga rata dengan tanah. Aksi tersebut menimbulkan korban jiwa, di antaranya tiga orang meninggal dunia. Korban pertama adalah Sadrak Yahame, yang tewas setelah terkena anak panah yang dilepaskan oleh anggota OPM. Sementara dua korban lainnya, yakni Nasid Daeng Mappa (44) dan anaknya Arsya Dafa (9), meregang nyawa akibat terjebak di dalam mobil yang turut dibakar massa.

Selain korban jiwa, kerusuhan itu juga melukai seorang anak, Atifa (10), yang mengalami luka sayatan di bagian leher. Saat ini, Atifa tengah menjalani perawatan intensif di fasilitas medis setempat. Kondisi ini menambah duka mendalam bagi keluarga korban serta masyarakat Kabupaten Yalimo secara keseluruhan.

Tokoh masyarakat Yalimo, Pdt. Markus Wenda, menyayangkan insiden tersebut dan menegaskan bahwa provokasi berbasis isu SARA telah dimanfaatkan oleh OPM untuk memperkeruh keadaan. “Masyarakat kita sebenarnya ingin hidup damai, namun ada pihak-pihak yang sengaja membuat situasi semakin keruh. Kehadiran OPM dalam insiden ini jelas merugikan rakyat, karena mereka menebarkan kebencian yang berujung pada hilangnya nyawa dan harta benda,” ujarnya, Rabu (24/9/2025).

Senada dengan itu, Ketua Adat Yalimo, Elias Yahuli, juga menegaskan bahwa tindakan anarkis bukanlah cerminan budaya masyarakat Papua yang sesungguhnya. “Orang Papua dikenal menjunjung tinggi persaudaraan dan kedamaian. Namun kelompok OPM mencoba memutarbalikkan nilai-nilai itu dengan cara-cara kekerasan. Kami mengutuk keras aksi yang menyebabkan tiga korban jiwa, termasuk anak kecil yang tidak berdosa,” tegasnya.

Kerusuhan ini menambah daftar panjang aksi OPM yang kerap menunggangi permasalahan sosial di Papua untuk melancarkan kepentingannya. Dengan menyasar isu sensitif seperti SARA, kelompok tersebut mencoba memecah belah masyarakat sekaligus menciptakan ketidakstabilan.