buletinjubi.com-Aksi kekerasan kembali terjadi di wilayah Papua Pegunungan. Kali ini, kelompok bersenjata yang tergabung dalam Organisasi Papua Merdeka (OPM) Kodap XVI Yahukimo pimpinan Elkius Kobak dilaporkan menyerang dua warga sipil yang bekerja sebagai penebang kayu di Kampung Samboga, Distrik Seradala, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan, pada Senin, 16 Juni 2025.
Kejadian tragis tersebut berlangsung pada pukul 09.10 hingga 14.45 WIT. Dua pekerja, masing-masing bernama Basir alias Udin dan Pak De Sio, menjadi korban serangan kejam yang dilakukan oleh lebih dari tujuh anggota kelompok bersenjata tersebut. Kelompok itu membawa tiga pucuk senjata laras panjang serta senjata tajam berupa parang dan busur panah.
Akibat serangan brutal itu, Basir alias Udin dinyatakan meninggal dunia di tempat dengan luka bacok berat. Sementara rekannya, Pak De Sio, mengalami luka panah serius pada bagian mata dan kepala sebelah kanan. Meski dalam kondisi kritis, korban Sio berhasil dievakuasi ke RSUD Dekai dan langsung mendapat penanganan medis intensif di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Keterangan awal dari korban yang masih sadar menguatkan dugaan bahwa pelaku adalah anggota OPM Kodap XVI Yahukimo yang dipimpin oleh Elkius Kobak. Aksi kekerasan tersebut menambah daftar panjang kejahatan bersenjata yang dilakukan kelompok separatis ini terhadap warga sipil tak berdosa di tanah Papua.
Tokoh masyarakat Yahukimo, Yulius Wanimbo, menyampaikan duka mendalam atas kejadian ini. Ia mengecam keras tindakan tidak manusiawi yang dilakukan oleh OPM. “Kita ini mau hidup damai dan sejahtera. Tapi kalau warga yang hanya cari makan saja diserang, bagaimana masa depan Papua? Ini bukan perjuangan, ini teror,” tegasnya, Selasa (17/6/2025).
Senada dengan itu, tokoh agama setempat, Pendeta Hendrik Kobak, juga menyuarakan keprihatinannya. Ia menyebut bahwa tindakan kekerasan terhadap pekerja sipil telah melanggar nilai-nilai kemanusiaan dan keimanan. “Mereka yang mencari nafkah untuk keluarga justru jadi korban. Ini sungguh menyayat hati. Kekerasan tidak boleh menjadi alat perjuangan,” ujarnya.
Aksi kelompok OPM di wilayah Yahukimo belakangan ini memang semakin brutal dan acap kali menyasar warga sipil. Banyak masyarakat setempat mulai resah dan takut untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena ancaman keamanan yang terus meningkat.
Tokoh adat Seradala, Nataniel Mabel, meminta pemerintah daerah dan seluruh elemen masyarakat untuk bersatu menolak segala bentuk kekerasan. “Kita harus berani bicara bahwa ini salah. Kita tidak bisa terus hidup dalam ketakutan. Damai adalah harga mati,” katanya.
Masyarakat Yahukimo berharap agar aparat keamanan dan pemerintah segera mengambil langkah tegas namun terukur, demi mengembalikan rasa aman serta menjamin keselamatan warga sipil dari aksi kelompok separatis bersenjata di tanah Papua.